Selasa, 25 Oktober 2016

MATERI 7 (MEMBACAKAN PUISI)

MATERI 7
TEKNIK DAN CARA MEMBACA PUISI

Kelas X
Semester Ganjil
Standar Kompetensi
7. Memahami  wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan  cerpen
Kompetensi Dasar
7.1. Membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan  intonasi yang tepat 
Tujuan Pembelajaran:
1.     Secara Kognitif siswa dapat:
·         Memahami Teknik membaca puisi dengan memperhatikan lafal, nada, tekanan, dan  intonasi yang tepat 
2.    Secara Afektif siswa dapat:
·         Mengikuti kegiatas KBM dengan penuh antusias
·         Mengkomunikasikan permasalan yang belum dipahami
·         Menghargai dan meghormati orang lain dalam mengkreasikan diri membaca puisi
·         Menunjukan akhlak mulia atau kearifan lockal lainnya yang dapat mengidentifikasi karakter bangsa.

3.    Secara Psikomotorik siswa dapat:
·         Melaksanakan kegiatan membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan  intonasi yang tepat 

Jenis tagihan
Praktikum

E. Kusnadi (2009 : 83) menjelaskan bahwa membaca puisi atau membaca nyaring sebuah puisi tergolong dalam bentuk membaca indah. Tujuan membaca puisi tidak hanya untuk kepuasan si pembaca saja, tetapi juga untuk memberikan kepuasan pada pendengarnya.
Membaca puisi merupakan sebuah seni, yakni seni memahami sesuatu nilai keindahan bahasa sebuah karya, baik untuk diapresiasi maupun ditampilkan (Erwan Juhara, 2009 : 57). Pembacaan puisi pada dasarnya harus dilakukan dengan baik agar pesan dari puisi dapat tersampaikan kepada pendengar. Membaca puisi tidak bisa dilakukan dengan cara sembarangan melainkan ada teknik dan cara-caranya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membacakan puisi, antara lain adalah pelafalan, intonasi dan ekspresi. Kegiatan membaca puisi sendiri mengacu pada dua hal yaitu membaca puisi untuk diri sendiri dan membaca untuk orang lain. Membaca puisi di depan orang lain dianggap lebih sulit apalagi untuk pemula. Meskipun demikian, baik buruknya cara membacakan puisi di depan orang lain tergantung pada membaca puisi untuk diri sendiri.
Sri Utami (2008 : 85) menerangkan cara agar dapat membaca puisi dengan baik perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a)    Interpretasi (penafsiran)
Untuk memahami sebuah puisi kita harus dapat menangkap simbol-simbol atau lambang-lambang yang dipergunakan oleh penyair. Bila kita salah dalam menafsirkan makna simbol/lambang, kita dapat salah dalam memahami isinya.
b)   Teknik vokal
Untuk pengucapan yang komunikatif diperlukan penguasaan intonasi, diksi, jeda, enjambemen, dan lafal yang tepat.
c)    Performance (penampilan)
Dalam hal ini pembaca puisi dituntut untuk dapat memahami pentas dan publik. Pembaca puisi juga dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Berani menatap penonton dan mengatur ekspresi yang tidak berlebihan. Selain itu, pembaca puisi harus memperhatikan pula irama serta mimik. Mimik merupakan petunjuk apakah seseorang sudah benar-benar dapat menjiwai atau meresapkan isi puisi itu. Harmonisasi antara mimik dengan isi (maksud) puisi merupakan puncak keberhasilan dalam membaca puisi.

A.  Teknik dan Cara Membaca Puisi
Membaca puisi untuk orang lain pada dasarnya sama dengan memgkonkretkan sebuah puisi, baik dalam bentuk audio maupun visual. Pembacaaan demikian disebut deklamasi. Deklamasi akan melibatkan unsur pembaca, pendengar, dan puisi yang dibaca. Pembaca memiliki peran yang sangat dominan dalam menghidupkan puisi agar dapat dinikmati pendengar. Maka dari itu, dalam membaca ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti, alat ucap, faktor kebahasaan, dan faktor-faktor non kebahasaan. Dengan menguasai ketiga faktor tersebut akan memudahkan dalam berdeklamasi.


1. Pelafalan
Pelafalan adalah suatu proses atau usaha  untuk mengucapkan bunyi bahasa, baik itu suku kata, kata, frasa, ataupun kalimat sesuai dengan jiwa dan tema puisi.

2. Intonasi
Intonasi adalah penyajian tinggi rendah irama puisi dengan memerhatikan jenis-jenis tekanan, seperti tekanan dinamik, tekanan nada, dan tekanan tempo. Simak penjelasannya di bawah ini.
a. Tekanan dinamik
Tekanan dinamik, yaitu tekanan pada kata yang terpenting menjadi sari kalimat atau bait puisi.
b. Tekanan nada
Tekanan nada, adalah tekanan tinggi rendah, perasaan girang, gembira, marah, sedih, gundah, galau, dan suasana hati lainnya.
c. Tekanan tempo
Tekanan tempo, yaitu lambat atau cepatnya pengucapan suku kata atau kalimat.

Selain hal di atas juga terdapat beberapa hal yang  penting yang harus diperhatikan dalam membacakan puisi. Suara yang lantang, bersih dan jernih akan sangat berpengaruh dalam mengucapkan sebuah puisi. Vokal mencakupi hal berikut:
a)    Artikulasi: Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap hurufnya.
b)   Diksi: Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi dan rasa.
c)    Tempo: Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan menyesuaikan dengan kekuatan nafas. Di mana harus ada jeda, di mana kita harus menyambung atau mencuri nafas.
d)   Dinamika: Lemah dan kerasnya suara (setidaknya harus sampai pada penonton, terutama pada saat lomba membaca puisi). Kita ciptakan suatu dinamika yang prima dengan mengatur rima dan irama, naik turunnya volume dan keras lembutnya diksi, dan yang penting menjaga harmoni di saat naik turunnya nada suara.
e)   Modulasi: Mengubah (perubahan) suara dalam membaca puisi.
f)    Intonasi: Tekanan dan laju kalimat harus diperhatikan
g)   Jeda: Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi, akan sangat membantu mengungkapkan keseluruhan isi puisi
h)   Pernafasan: Biasanya, dalam membaca puisi yang digunakan adalah pernafasan perut.

3. Faktor Non Kebahasaan
Faktor non kebahasaan atau ekspresi terbagi menjadi beberapa hal antara lain sikap, gerak gerik dan mimik, volume suara, serta kelancaran dan kecepatan. Sikap pada waktu membaca puisi sangat menentukan keberhasilan seorang pembaca puisi (Suratno dan Wahono, 2010 : 50). Simak penjelasannya berikut ini:
a. Sikap
Sikap merupakan kunci kesuksesan membaca puisi dihadapan orang, maka dari itu diperlukan penguasaan sikap yang sempurna oleh pembaca. Selama membaca puisi, sebaiknya pembaca berusaha mendapatkan perhatian yang positif dari pendengar atau penonton. Hal yang harus dilakukan adalah sikap yang wajar dan ketenangan menghadapi orang lain. Untuk dapat menguasai dua hal tersebut, pembaca dituntut untuk berlatih dan menguasai puisi yang akan dibacakan secara matang agar ketika tampil tak akan gugup dan sikap yang ditunjukan dapat sempurna.

b. Gerak-gerik dan Mimik
Gerak gerik dan mimik adalah faktor yang penting dalam membaca puisi didepan orang banyak. Penggunaan gerak-gerik dalam pembacaan puisi dapat membangkitkan gairah pendengar untuk mendengarkan puisi yang anda bawakan. Selain itu penggunaan mimik yang tepat sesuai dengan tema puisi juga haruslah dilakukan dengan baik agar seolah-olah pembaca ikut mengalami dan merasakan apa yang terdapat di dalam puisi yang dibacakan. Oleh karena itu, pembaca dituntut untuk memahami materi puisi dan mendalaminya dengan sungguh-sungguh agar mimik yang didapatkan bisa sempurna.

c. Volume Suara
Volume suara yang digunakan sebaiknya menyesuaikan tempat dan jumlah perkiraan jumlah pendengar. Jika pembacaan puisi dilakukan di tempat yang terbuka maka sebaiknya volume suara lebih lantang dan jika pembacaan puisi di dalam ruangan volume suara harus menyesuaikan luas tempat agar pendengar dapat nyaman mendengarkan puisi yang anda bacakan. Untuk pementasan puisi saat ini sangat banyak menggunakan pengeras suara atau mic. Maka dari itu pembaca puisi juga harus menguasai teknik penggunaan mic agar suara yang dihasilkan tidak sumbang, tidak terlalu pelan ataupun tidak terlalu keras.

d. Kelancaran dan Kecepatan
Kelancaran dan kecepatan sangat mempengaruhi pendengar dalam menikmati puisi yang dibawakan. Kedua hal tersebut harus benar-benar dicermati agar pendengar dapat menikmati puisi yang dibacakan dengan baik serta pesan yang ada di dalam puisi juga dapat tersampaikan. Kelancaran membaca puisi erat kaitannya dengan latihan, karena hanya dengan latihan maka akan didapatkan kelancaran membaca yang baik. Selain itu kecepatan membaca juga harus diperhatikan, apabila kecepatan membaca puisi terlalu cepat maka pendengar akan sulit memahami isi puisi dan jika terlalu lambat juga akan membuat pendengar jenuh.



DAFTAR PUSTAKA:
Juhara, Erwan, Eriyandi Budiman dan Rita Rochayati. 2009. Berbahasa Indonesia dengan Efektif 1 untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Bahasa. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Suratno dan Wahono. 2010. Bahasa Indonesia untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional
H, E. Kusnadi, Andang Purwoto dan Siti Aisah. 2009. Belajar Efektif Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional




Tidak ada komentar:

Posting Komentar