MATERI 5
MENGUNGKAPKAN ISI SUATU PUISI
(Memparafrasa Puisi)
Kelas X
|
Semester Ganjil
|
Standar Kompetensi
5. Memahami puisi yang
disampaikan secara langsung/ tidak langsung
|
Kompetensi Dasar
5.2.
Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung
ataupun melalui rekaman
|
Tujuan Pembelajaran:
1. Secara Kognitif siswa
dapat:
·
Memahami teknik memparafrasa puisi
·
Mengintrepretasikan isi puisi berdasarkan hasil parafrasa
puisi
|
2. Secara Afektif siswa
dapat:
·
Mengikuti kegiatas KBM dengan penuh antusias
·
Mengkomunikasikan permasalan yang belum dipahami
·
Memperjelas pendapat atau penjelasan yang disampaikan orang
lain
·
Membentuk pendapat untuk menanggapi suatu permasalahan
·
Menunjukan akhlak mulia atau kearifan lockal lainnya yang
dapat mengidentifikasi karakter bangsa.
|
3. Secara Psikomotorik
siswa dapat:
·
Melaksanakan kegiatan memparafrasa puisi
|
Jenis tagihan
Tugas
Ulangan
harian
|
Salah satu cara untuk
memudahkan seseorang dalam mengungkapkan isi suatu puisi adalah dengan teknik
parafrasa. Menurut Sumarjo dan Suratmi (2009:19), parafrasa adalah cara yang
dilakukan untuk memahami puisi dengan menyadur atau mengubah bentuk suatu karya
sastra, tetapi tanpa mengubah makna karya sastra semula. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, parafrasa adalah
penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata) yang lain,
dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.
Hal ini sejalan dengan
pendapat Aminuddin (2002:41) menyatakan pengertian pendekatan parafrasa adalah
strategi pemahaman kandungan makna dalam cipta sastra dengan jalan
mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan menggunakan
kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang
digunakan oleh pengarangnya. Pengungkapan kembali tersebut bertujuan untuk
menjelaskan makna yang tersembunyi. Tujuan akhir dari parafrasa itu adalah
menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca
lebih mudah memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta karya
sastra. Memparafrasakan sebuah cipta karya sastra bukanlah sebuah pekerjaan
yang mudah. Kemungkinan salah tafsir cukup besar. Memparafrasakan puisi adalah
kegiatan mengubah suatu puisi menjadi frase-frase atau kalimat-kalimat. Dengan
cara demikian, diharapkan pemahaman terhadap suatu puisi akan lebih mudah (Suroto,
1989:195).
Bagaimana cara
memparafrasekan puisi menjadi prosa? Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memfaraprasekan puisi menjadi prosa, ialah :
a) Membaca atau mendengarkan
pembacaan puisi dengan seksama ;
b) Pahami isi kandungan puisi
secara utuh ;
c) Jelaskan kata-kata kias
atau ungkapan yang terdapat dalam puisi ;
d) Uraikan kembali isi puisi
secara tertulis dalam bentuk prosa dengan kalimat sendiri ;
e) Sampaikan secara lisan
atau dibacakan.
Parafrasa merupakan cara
pengungkapan kembali suatu tuturan dari suatu tingkatan/ macam bahasa menjadi
yang lain tanpa mengubah pengertiannya. Ciri Parafrasa:
1. bentuk tuturan berbeda
2. makna tuturan sama
3. subtansi tidak berubah
4. bahasa/cara penyampaian
berbeda
Langkah membuat parafrasa:
1. membaca teks keseluruhan
2. menentukan pokok-pokok
pikiran wacana
3. menetuka tuturan
yang hendak menjadi variasinya
4. menyusun pokok pikiran
tanpa mengabah arti
5. menyempurnakan pokok
pikiran
6. membentuk wacana sesuai
keinginan
Jenis parafrasa ada 2
yaitu:
1. Parafrasa terikat adalah mengubah puisi menjadi
prosa dengan cara menambahkan atau menyisipkan sejumlah kata pada puisi
sehingga kalimat-kalimat puisi mudah dipahami seluruh kata dalam puisi masih
tetap digunakan dalam parafrasa tersebut. Sebelum melakukan parafrasa terikat
maka buatlah daftar kata-kata sulit untuk ditafsirkan artinya erlebih dahulu.
Contoh Parafrasa Terikat
MENYESAL
Kini PAGIKU HILANG SUDAH
MELAYANG entah kemana
Sekarang HARI MUDAKU SUDAH PERGI jauh tak
kan pernah kembali
KINI hanya PETANG yang DATANG
MEMBAYANGi alam pikiranku
Yang kini BATANG USIAKU
SUDAH mulai TINGGI.
Dulu AKU LALAI DI HARI PAGI,
Karena BETA LENGAH DI MASA MUDA yang
masih suka bermalas-malasan
Hingga KINI HIDUP menjadi MERACUN
HATI tak bisa berbuat apa-apa lagi
Sudah MISKIN ILMU, MISKIN HARTA pula
Namun AH, APA GUNA KUSESALKAN,
Karena MENYESAL TUA itu TIADA
BERGUNA,
HANYA MENAMBAH LUKA SUKMA di hati
KEPADA YANG MUDA KUHARAPKAN,
Untuk ATUR BARISAN DI HARI PAGI,
MENUJU KEARAH PADANG BAKTI.
(ALY HASJMY)
2. Parafrasa bebas adalah mengubah puisi menjadi prosa
dengan kata-kata sendiri. Kata-kata yang terdapat dalam puisi dapat digunakan,
dapat pula tidak digunakan.
Contoh Parafrasa Bebas
Puisi meyesal karya Ali Hasjmi
mengisahkan seseorang yang menyesali masa mudanya tidak dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.Ia kurang hati-hati dan bermalas-malasan waktu muda dulu.Kini di
hari tuanya, ia merasa miskin ilmu dan miskin harta, tidak berilmu dan tidak
punya harta apa-apa. Ia merasa tidak ada guna menyesali diri. Akan tetapi, ia
tidak berhenti dalam sesalnya.Ia berusaha bangkit dan mengajak generasi muda
untuk merencanakan segala sesuatu dari sekarang menuju kearah tempat yang lebih
baik (tempat yang dihormati).
Perhatikanlah puisi berikut dengan saksama!
Gadis
Peminta-minta
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang.
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katerdal
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu
kauhafal
Jiw begitu murni, terlalu murni
Untuk dapat membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu tak ada yang punya
Dan kotaku, oh
kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda
(Toto Sudarto Bachtiar, suara, 1950 )
Langkah 1: Interpretasi diksi dan kata konkret
Kekal : abadi
Duka :sedih
Tengadah : melihat keatas/ berdoa/ minta
Merah jambu :
sore hari
Melulur :
meluncur masuk dengan mudah
Sosok :
rupa/ bentuk/ wujud
Angan-angan :
pikiran/ ingatan/ cita-cita
Kemayaan : hal keadaan hanya tampaknya
ada, tetapi nyatanya tidak ada hanya ada dalam angan-angan atau khayalan.
Menara :
bangunan yang tinggi
Katerdal :
gereja besar tempat kedudukan resmi
Langkah 2 : Membuat Parafrasa
Terikat
Setiap kita bertemu dengan gadis kecil
berkaleng kecil aku merasa iba padanya
Setiap Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka dalam
menghadapi kenyataan hidup
Mereka Tengadah padaku pada bulan merah
jambu saat itu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa kalau gadis
kecil berkaleng kecil tidak ada
Rasanya Ingin aku ikut dengan gadis kecil
berkaleng kecil itu
Mereka Pulang ke bawah jembatan yang melulur
sosok tanpa rasa takut
Mereka Hidup dari kehidupan angan-angan yang
gemerlapan yang tak kan pernah ada
Hanya Gembira dari kemayaan riang.
Namun Duniamu yang lebih tinggi dari menara katerdal
Meskipun Melintas-lintas di atas air kotor, tapi
yang begitu kauhafal
Jiwamu begitu murni, terlalu murni
Untuk dapat membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil dunia
ini terasa sepi
Bagaikan Bulan di atas itu tak ada yang punya
Dan di kotaku, oh
kotaku
Seperti Hidupnya tak lagi punya tanda
Langkah 3 : Membuat Parafrasa Bebas
Puisi Gadis kecil berkaleng kecil diatas merupakan pengungkapan
seorang penyair bahwa Setiap kita bertemu dengan gadis kecil yang membawa
kaleng kecil, senyuman mereka terlalu abadi untuk kita kenal, penyair merasa
terharu dan sedih jika melihat mereka saat meminta minta pada kita saat waktu
sore hari itu, namun jika tidak ada mereka kota ini terasa hilang tanpa jiwa.
Ingin rasanya ikut dengan gadis kecil berkaleng kecil itu, sampai
pulang ke bawah jembatan, tubuh mereka meluncur masuk dengan mudah tanpa rasa
takut ataupun kesusahan. Mereka hanya bisa berkhayal dari kehidupan yang mewah
dengan kegembiraan yang hanya khayalan yang nyatanya tidak ada. Namun mereka
derajatnya lebih tinggi dari bangunan yang tinggi. Meskipun mereka selalu
berlintas lintas di air kotor yang begitu mereka hafal, jiwa mereka tetap suci
dan terlalu suci untuk dapat membagi duka kita. Kalau mereka mati, bagaikan
bulan diatas tak ada yang punya, dan kota kita menjadi sepi tanpa kehadiran
mereka seperti tiada kehidupan yang berarti.
DAFTAR PUSTAKA:
Sumarjo,
Suratmi, Ninik Sri. 2009, Puisi dan
Prosa. Jakarta: Pamulasari
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
2008. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya
Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar