MATERI 5
LEMBAR KERJA SISWA
MENGAPRESIASI PUISI
dan
MENGUNGKAPKAN ISI SUATU PUISI
Kelas X
|
Semester Ganjil
|
Standar Kompetensi
5. Memahami puisi yang
disampaikan secara langsung/ tidak langsung
|
Kompetensi Dasar
5.1.
Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara
langsung ataupun melalui rekaman
5.2.
Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung
ataupun melalui rekaman
|
Perhatikanlah
contoh analisis puisi berikut!
FORMAT
ANALISIS UNSUR BENTUK DAN INTERPRETASI ISI PUISI DENGAN TEKNIK PARAFRASA
Petunjuk lembar kerja siswa menganalisis
unsur bentuk dan interpretasi isi puisi dengan teknik parafrasa:
1. Setelah mencermati dan memahami contoh
analisis di atas, maka buatlah sebuah kelompok yang terdiri atas 2-3 orang
siswa.
2. Pilihlah salah satu judul puisi yang telah
disediakan untuk dijadikan bahan analisis unsur bentuk dan interpretasi isi
puisi.
3. Analisislah puisi yang telah anda pilih
sebagaimana contoh di atas.
4. Dalam proses analisis selalu diskusikanlah
dengan teman sekelompok anda
5. Selamat mengerjakan.
6. Berikut adalah puisi-puisi pilihan untuk
dianalisis.
No.
|
Puisi
|
1
|
Pada
Suatu Hari Nanti
Karya
Sapardi Djoko Damono
Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
Sumber:
Kumpulan puisi Hujan Bulan Juni, 1994
|
2
|
Salju
Karya
Wing Kardjo
Ke manakah pergi
mencari matahari
ketika salju turun
pohon kehilangan daun
Ke manakah jalan
mencari lindungan
ketika tubuh kuyup
dan pintu tertutup
Ke manakah lari
mencari api
ketika bara hati
padam tak berarti
Ke manakah pergi
Ke manakah pergi
selain mencuci diri
|
3
|
Tuhan,
Kita Begitu Dekat
Karya
Abdul Hadi W.M.
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini nyala
Pada lampu padammu
Sumber: Majalah Horison,
Edisi Khusus Puisi Internasional Indonesia,
2002
|
4
|
Cinta
Dalam Diri
Karya Wawan Eko Yulianto Cinta dalam diri Jangan kau sumbang dalam diri Sesal dalam diri Jangan kau simpan dalam diri Kemarahan dalam diri Jangan kau luapkan dalam emosi Bukan karena kau tidak baik padaku Bukan karena kau tidak perhatian padaku Bukan karena kau tidak sayang padaku Tetapi karena aku punya kekurangan Karena aku punya kelemahan Karena aku kurang bersyukur Dan karena aku sebatas diriku Diri dalam hati Hati dalam jiwa Jiwa dalam cinta Dan kurenggut diriku dalam cintamu Sehingga kau tau bagaimana aku. Sunyi senyap lenyap dalam bumi Dan cintaku tertinggal untukmu. |
5
|
Karya : Wawan Eko
Yulianto
senja mendahului malam
jauh tak tampak dari perbatasan hilang sejenak kenang bintang-bintang memburu kenangan tak terhempas dan tercapai,
kemarin masih ada berbagai tawa dan hura
sekejap kini tak terlihat lagi cinta juga hilang menarik kegelapan mengundang kebimbangan kepada siapa kemarin dia masih bersama Tono,Budi,Joko, kini tak Ono Tak Budi Tak Bagus kemarin bermain layang-layang, petak umpet, dan cerdas cermat kini melayang lepas dari talinya kini tak bisa lari mencari tempat sembunyi kini tak cerdas dan tak cermat menempatkan dirinya kemarin telah disiakan sekarang bagaimana..... |
6
|
Remaja Penerus Bangsa
Karya: Wawan Eko
Yulianto
Remaja-remaja
penerus bangsa
Telah
diracun
Di
racun pergaulan
Diracun
teknologi
Diracun
diri
Diri
yang lupa harga diri
Kini
mereka seperti boneka
Boneka-boneka
website
Budak-budak
media social
Buruh-buruh
gadget
Mereka
lupa pada tuhannya
Lupa
pada orangtuanya
Lupa
pada lingkungan sekitarnya
Lalu
mereka mereka menyembah paket data
Mengagung-agungkan
Wifi
Memohon
pada dewa-dewa 4G
|
7
|
Burung-Burung
Enggan Bernyanyi Lagi
Karya
Mh. Sanusi Suryapermana
Bising gergaji mengoyak sepi
dan hutan
Pohon-pohon tumbang
Mobil-mobil besar menggendongnya
tergesa-gesa
Gunung dan lembah luka parah
Kulitnya terkelupas
Erang sakitnya merambah ke manamana
Burung-burung kehilangan dahan dan
Ranting
Enggan bernyanyi lagi
Bila pun ada tegur sapa di antara mereka
Tentulah pertanyaan yang menyesakkan:
Ke mana kita harus mengungsi?
Pohon-pohon merdu dan melata itu
Bukanlah tempat tinggal yang ideal
kita perlu gunung yang teduh
lembah yang indah
Bukan yang luka parah begini
|
8
|
“Orang
Tua”
Karya
Husni Djamaluddin
Orang-tua mengajar anak-anaknya mulai
bicara
Orang-tua mengajar anak-anaknya pandai
bicara
Orang-tua mengajar anak-anaknya bicara
benar
Orang-tua bingung kalau anak-anaknya mulai
bicara
Orang-tua tersinggung kalau anak-anaknya
pintar bicara
Orang-tua marah-marah kalau anak bicara
benar
Orang-tua menganggap
Anak-anak yang bicara benar
Adalah anak-anak yang kurang ajar
Orang-tua menyekap
Anak-anak yang kurang ajar
Di dalam kamar
Yang pengap
|
9
|
Lingkungan
kita si mulut besar
karya
Whiji Tukul
Lingkungan kita si mulut besar
Dihuni lintah-lintah
Yang kenyang menghisap darah tetangga
Dan anjing-anjing yang taat beribadah
Menyingkiri para penganggur
Yang mabuk minuman murahan
Lingkungan kita si mulut besar
Raksasa yang membisu
Yang anak-anaknya terus dirampok
Dan dihibur filem-filem kartun amerika
Perempuannya disetor ke mesin-mesin
industri
Yang membayar murah
Lingkungan kita si mulut besar
Sakit perut dan terus berak
Mencret oli dan logam
Busa dan plastik
Dan zat-zat pewarna yang merangsang
Menggerogoti tenggorokan bocah-bocah
Yang mengulum es lima puluh perak.
|
10
|
Tuhan Telah Menegurmu
Karya Apip Mustopa
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
Lewat perut anak-anak yang kelaparan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
Lewat semayup suara azan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan
kesabaran
Lewat gempa bumi yang berguncang
Deru angin yang meraung-raung kencang
Hujan dan banjir yang melintang-lintang
Adakah kaudengar?
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar