MATERI 6
MENULIS PUISI
Kelas X
|
Semester Ganjil
|
Standar Kompetensi
8. Mengungkap-kan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis
|
Kompetensi Dasar
8.1 Menulis
puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
8.2 Menulis
puisi baru dengan memper-hatikan bait, irama, dan rima
|
Tujuan
Pembelajaran:
1. Secara Kognitif siswa
dapat:
·
Memahami jenis-jenis puisi lama dan baru
·
Mengidentifikasi jenis-jenis puisi lama dan baru
·
Menulis puisi lama
·
Memahami teknik menulis puisi
·
Menulis puisi baru
|
2. Secara Afektif siswa
dapat:
·
Mengikuti kegiatas KBM dengan penuh antusias
·
Mengkomunikasikan permasalan yang belum dipahami
·
Menunjukan akhlak mulia atau kearifan lockal lainnya yang
dapat mengidentifikasi karakter bangsa.
|
3. Secara Psikomotorik
siswa dapat:
·
Mengembangkan ide dan perasaan ke dalam bentuk menulis puisi
lama
·
Mengembangkan imajinasi dan perasaan ke dalam bentuk menulis
puisi baru
|
Jenis tagihan
Tugas
|
Berdasarkan bentuknya,
puisi dibedakan atas puisi konvensional (lama) dan puisi inkonvensional
(modern). Puisi konvensional (lama) merupakan jenis puisi yang masih terikat
oleh persajakan, pengaturan larik dalam setiap bait, dan jumlah kata dalam
setiap larik, serta musikalitas puisi sangat diperhatikan. Dalam hal ini, yang
tergolong di dalamnya adalah jenis-jenis puisi lama, misalnya pantun,
syair,gurindam, bidal, talibun dan banyak lagi yang lainnya. Sedangkanpuisi
inkonvensional merupakan jenis puisi yang tidak terikat oleh pengaturan dalam
penciptaan puisi. Meskipun demikian, dalam kedua bentuk puisi tersebut tetap
terkandung ritme, rima, dan musikalitas (Waluyo, 2003).
A. MENULIS PUISI LAMA
Dalam khasanah sastra
Indonesia, puisi lama seperti mantra, bidal, talibun, seloka, gurindam, dan pantun
merupakan kesusastraan asli Indonesia, warisan dari kesusastraan Melayu. Dari
berbagai jenis puisi lama tersebut, yang sampai sekarang masih terus berkembang
dan banyak dinikmati adalah pantun (E. Kusnadi, 2009 : 132).
Untuk dapat menulis puisi lama
yang baik maka perlu memperhatikan ciri-ciri puisi lama, jenis-jenis puisi lama
dan ciri-ciri puisi lama. Sehingga setelah itu anda akan dapat menentujan jenis
puisi lama apa yang ingin anda tulis.
Ciri - Ciri Puisi Lama
·
Puisi
kerakyatan yang biasanya tidak dikenal siapa pengarangnya atau anonim
·
Tidak
seperti puisi baru, puisi lama tersebar secara lisan sehingga masuk kedalam
jenis sastra lisan
·
Tidak
sebebas puisi baru yang sering mengabaikan aturan - aturan, puisi lama terikat
pada aturan - aturan seperti persajakan, jumlah suku kata dan lain - lain.
Macam - Macam Puisi Lama
Sebagaimana telah
disebutkan di atas bahwa puisi lama adalah puisi yang terikat berbagai aturan baik
dari segi substansi maupun dari segi sistematika penulisan. Berikut ini akan
dijelaskan satu per satu contoh dari jenis-jenis puisi lama (Kastam Syamsi,
2010 : 62).
1. Pantun
Pantun termasuk puisi
lama. Pantun adalah puisi asli Indonesia. Hampir di semua daerah di Indonesia
terdapat tradisi berpantun (Erwan Juwara, 2009 : 81). Pantun merupakan puisi lama yang
memiliki jumlah baris 4 dan terdiri dari 2 baris pertama sampiran dan dua baris
terakhir isi.
Ciri - Ciri Pantun :
·
Memiliki
empat baris
·
Memiliki
rima atau persajakan abab
·
Jumlah
suku kata tiap baris adalah 8-12
·
Dua baris
pertama adalah sampiran dan dua baris kedua adalah isi
Contoh Pantun
Jika ada mawar di padang
Kupetik ditengah malam
Wahai putri berwajah terang
Cintamu Membuatku Tenggelam
2.
Mantra
Mantra
adalah puisi atau syair yang dipercaya memiliki kekuatan ghaib.
Ciri - ciri
·
Memiliki
rima abc abc, abcde, abcde
·
Dipercaya
memiliki kekuatan ghaib
·
Bersifat
misterius
·
Adanya
metafora
·
Adanya
perulangan
·
Bersifat Esoferik (bahasa khusus antara
pembicara dan lawan bicara)
Contoh
Manunggaling Kawula Gusti
Ya Murubing Bumi
Sirku Sir Sang Hyang Widi
Kinasih kang asih
3. Karmina
Karmina merupakan puisi lama yang terdiri dari dua
baris. Karmina disebut juga pantun singkat.
Ciri - ciri :
·
Terdiri
dari dua baris
·
Memiliki
rima AA, atau BB
·
Tema
bersifat epik atau kepahlawanan
·
Tidak
ada sampiran melainkan semuanya adalah isi
·
Setiap
frasa ditandai dengan koma dan diakhiri dengan titik
Contoh :
Lukamu adalah lukaku, Ditahan di
Dalam Kalbu
Tetaplah maju, meski tak tahu
yang dituju
4. Seloka
Seloka hampir mirip dengan pantun
namun memiliki rima yang berbeda. Dalam hal ini, jumlah baris seloka seringkali
lebih dari 4. Seloka sering juga disebut sebagai pantun berkait.
Contoh :
Bunga mawar cempaka biru
Bunga rampai di dalam puan
Tujuh malam semalam rindu
Belum sampai padamu tuan
Bunga rampai di dalam puan
Ruku-ruku dari peringgit
Belum sampai padamu tuan
Rindu saya bukan sedikit
Ruku-ruku di peringgit
Teras jati bertalam-talam
Rindu saya bukan sedikit
Nyaris mati semalam-malam
Teras jati bertalam-talam
Kapal brlabuh dilautan sisi
Nyaris mati semalam-malam
Bantal dipeluk saya tangisi
5. Gurindam
Gurindam adalah puisi yang lama yang berisikan 2 baris tap
bait, bersajak atau memiliki rima a-a-a-a,sementara isinya nasihat
Ciri-ciri gurindam :
·
Baris
pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
·
Baris
kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris
pertama tadi.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan
sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang (
b )
Jika suami tiada berhati
lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus (
c )
6. Syair
Syair
adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a,
berisi nasihat atau cerita
Ciri-ciri syair
·
Terdiri
dari 4 baris
·
Berirama
aaaa
·
Keempat
baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair
Contoh :
Pada
zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah
sebuah cerita (a)
Sebuah
negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin
sang raja nan bijaksana (a)
7. Talibun
Talibun
adalah sejenis pantun namun memiliki jumlah baris yang genap seperti 6, 8, 10
dst.
Ciri-ciri:
·
Jumlah
barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan
seterusnya.
·
Jika
satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
·
Jika
satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
·
Apabila
enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
·
Bila
terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh :
Jauh dimata Jangan di Pandang
Jauh Dihati jangan di Sakiti
Jauh DI badan jangan di sentuh
Kalau dosa terus di tambang
Walau mati itu pasti
Tanda hatimu rapuh
B. MENULIS PUISI BARU
E. Kusnadi (2009 : 102)
menjelaskan bahwa karya sastra puisi berbeda dengan karya sastra prosa. Karya
sastra puisi bersifat pemusatan (konsentrif) dan pemadatan (intensif). Pengarang
tidak menjelaskan secara terperinci apa yang ingin diungkapkannya. Pengarang
hanya mengutarakan apa yang menurut perasaannya atau pendapatnya merupakan
bagian yang pokok atau penting saja. Pengarang mengadakan konsentrasi dan
intensifikasi atau pemusatan dan pemadatan, baik pada masalah yang akan disampaikannya
maupun juga pada cara penyampaiannya. Dalam karya sastra puisi akan terasa
penghematan unsur-unsur bahasa. Katakata yang tidak berfungsi benar mendukung
makna akan dihilangkan, demikian pula halnya dengan tanda-tanda baca hampir
dihilangkan.
Akibat dari usaha
intensifikasi tersebut, yang menjadi perhatian pengarang dalam menulis puisi
adalah bunyi bahasa dan bentuk. Dalam memilih kata-kata pengarang tidak hanya
mendasarkan pada artinya saja tetapi juga memperhatikan nilai ”rasa”; yaitu
pengaruh yang mungkin dapat ditimbulkan oleh unsur-unsur bunyi bahasa tersebut.
Penyusunan kata-kata atau baris-baris kalimat bukan hanya terbatas pada
indahnya bentuk, melainkan juga pada pengaruh pada makna puisinya.
Berikut ini langkah-langkah dalam membuat puisi baru yang baik:
1. Tentukan gaya dan tipe puisi
a) Puisi epik, yakni suatu puisi yang di dalamnya mengandung cerita
kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan,
maupun sejarah. Puisi epik dibedakan menjadi folk epic, yakni jika nilai akhir
puisi itu untuk dinyanyikan, dan literary
epic,
yakni jika nilai akhir puisi itu untuk dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya.
b) Puisi naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu
cerita, menjadi pelaku, perwatakan,setting, maupun rangkaian
peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Jenis puisi yang termasuk dalam
jenis puisi naratif ini adalah balada yang dibedakan menjadi folk ballad danliterary ballad. Ini adalah ragam puisi
yang berkisah tentang kehidupan manusia dengan segala macam sifat pengasihnya,
kecemburuan, kedengkian, ketakutan, kepedihan, dan keriangannya. Jenis puisi
lain yang termasuk dalam puisi naratif adalah poetic tale, yaitu puisi yang berisi
dongeng-dongeng rakyat.
c) Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual
penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin
yang melingkupinya. Jenis puisi lirik umumnya paling banyak terdapat dalam
khazanah sastra modern di Indonesia. Misalnya, dalam puisi-puisi Chairil Anwar,
Sapardi Djoko Damono, dan lain-lain.
d) Puisi dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara
objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun
monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu. Dalam puisi dramatik
dapat saja penyair berkisah tentang dirinya atau orang lain yang diwakilinya
lewat monolog.
e) Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai
kependidikan yang umumnya ditampilkan secara eksplisit.
f) Puisi satirik, yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik
tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu
masyarakat.
g) Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap
sang kekasih.
h) Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih dan
kedukaan seseorang.
i) Ode,
yakni puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun
sikap kepahlawanan.
j) Hymne, yakni puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan
rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air.
2. Tentukan Tema dan Judul.
Penentuan Tema adalah langkah-langkah dalam membuat
puisi selanjutnya. Tema pokok persoalan yang akan dikemukakan
dalam puisi. Tema adalah pokok pembahasan yang mendasari puisi. Untuk
mendapatkan tema, kita bisa memancingnya dengan menggunakan pertanyaan, Puisi
ini membicarakan tentang apa? Apakah tentang keindahan alam, kecantikan
seseorang, protes sosial, dan lain-lain. Pilihlah satu tema yang kita inginkan
sebagai acuan dalam membuat puisi agar puisi kita lebih menarik. Tema puisi
banyak sekali. Jadi, sebisa mungkin pilihlah tema yang benar-benar menarik.
Setelah menentukan tema langkah selanjutnya menentukan judul yang berpacu pada
tema. Tema puisi tersebar begitu
banyak di sekitar kita. Kita tinggal mengamati dan menajamkan kepekaan. Seorang
penulis puisi yang peka, ia tidak akan kehabisan akal untuk menemukan sebuah
tema.
3. Gunakan Gaya Bahasa
Langkah-langkah dalam menulis
puisi yang baik selanjutnya adalah dengan
menggunakan gaya bahasa, salah satunya adalah:
a) Hiperbola, menyatakan
sesuatu dengan gaya bahasa berlebihan.
Contoh: Suaranya
menggelegar membelah angkasa.
b) Personifikasi,
menggambarkan benda mati seperti halnya manusia.
Contoh: Batu-batu karang
itu melihat dan menyaksikan cinta kita.
c) Paralelisme, mengulang isi
kalimat dengan kalimat lain yang sama.
Contoh: Segenap daratan
telah kujalani, segenap lautan telah kuarungi.
d) Metafora, yakni pengungkapan
yang mengandung makna secara tersirat untuk mengungkapkan acuan makna yang lain
selain makna sebenarnya,
Misalnya,
“cemara pun gugur daun” mengungkapkan makna “ketidakabadian kehidupan”. Contoh
lain “Kita adalah tiang negeri ini”.
e) Metonimia, yakni
pengungkapan dengan menggunakan suatu realitas tertentu, baik itu nama orang,
benda, atau sesuatu yang lain untuk menampilkan makna-makna tertentu.
Misalnya: “Hei!
Jangan kaupatahkan kuntum bunga itu”. “Kuntum bunga” di situ mewakili makna
tentang remaja yang sedang tumbuh untuk mencapai cita-cita hidupnya.
f) Anafora, yakni pengulangan
kata atau frase pada awal dua larik puisi secara berurutan untuk penekanan atau
keefektifan bahasa.
Contoh : Segala lepas,
segala bebas, segala membuas.
4. Memperhatikan Aspek Tipografi dan Verifikasi Saat Menulis
Puisi
Bait,
yakni satuan yang lebih besar dari baris yang ada dalam puisi. Bait merujuk
pada kesatuan larik yang berada dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok
pikiran, terpisah dari kelompok larik (bait) lainnya. Dalam puisi, keberadaan
bait sebagai kumpulan larik tidaklah mutlak. Bait-bait dalam puisi dapat
diibaratkan sebagai suatu paragraf karangan yang paragraf atau baitnya telah
mengandung pokok-pokok pikiran tertentu.
Rima,
menyangkut pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik puisi maupun
pada akhir larik sajak yang berdekatan.
Irama, yakni paduan bunyi yang menimbulkan unsur musikalitas, baik
berupa alunan tinggi-rendah, panjang-pendek, dan kuat-lemah yang keseluruhannya
mampu menumbuhkan kemerduan, kesan suasana, serta nuansa makna tertentu.
Timbulnya irama itu, selain akibat penataan rima, juga akibat pemberian
aksentuasi dan intonasi maupun tempo sewaktu melaksanakan pembacaan secara
oral.
5. Memilih kata yang tepat
Temukan
dan gunakan kata-kata yang tepat. Penggunaan kata bisa dilatih. Jika Anda tekun
berlatih, pemilihan kata bukan lagi sebagai halangan. Untuk mengatasi hal itu,
gunakan teknik konversi: yaitu membuat berbagai versi dari kalimat yang Anda
buat.
Sebagai contoh kita buat
kalimat lain dari "Aku mencintaimu." Inilah beberapa versi lain dari
kalimat tersebut.
·
Ingin
Kuungkapkan Cinta Ini
·
Betapa
Indahnya Engkau Ketika Kau Tawan Cintaku
·
Hatiku
Hanya Berpaut Padamu
·
Jiwaku
Menyentuh Jiwamu
Makna dari berbagai kalimat di atas sebenarnya
sama, yakni "Aku mencintaimu."
Langkah berikutnya dalam
membuat puisi yang baik, benar, dan indah adalah dengan membangun suasana.
Membuat suasana yang sesuai dapat menjadi nilai lebih dalam sebuah puisi.
Caranya bisa dengan menggunakan
kata teknik sinonim, metafora dan deskriptif.
·
Teknik sinonim yaitu dengan menemukan dan
menggunakan kata-kata yang semakna. Misalnya kata bahagia bisa juga bermakna
senang, riang, gembira, cerah.
·
Metafora yaitu dengan menyamakan kata
"bahagia" dengan fenomena alam, misalnya musim bersemi, bunga-bunga
mekar, wangi, cahaya cerah matahari, rembulan purnama.
·
Deskriptif yaitu dengan menggambarkan
atau mendefinisikan suasana yang kita ingin buat.
Puisi yang baik adalah puisi
yang memberikan sebuah kesan tersendiri kepada pembacanya. Kesan dalam puisi
terbentuk oleh perasaan para penulisnya. Ada semacam telepati antara
penyair dan pembaca. Yaitu mereka pembaca dapat merasakan apa kondisi kejiwaan
si pembuat puisi tadi.
8. Kembangkan Puisi Seindah Mungkin.
Langkah-langkah dalam membuat
puisi yang baik selanjutnya adalah
mengembangkan semua langkah diatas menjadi puisi yang indah. Susun kata-kata,
larik-larik puisi menjadi bait-bait. Kembangkan menjadi satu puisi yang utuh
dan bermakna. Ingat puisi bukanlah
artikel. Tulisan yang kita buat untuk puisi harus ringkas padat sekaligus
indah. Pilihlah kata yang sesuai yang mewakili unsur keindahan sekaligus makna
yang padat.
Mungkin kita harus
mengingat tiga hal tersebut yang berkaitan dengan kata, larik dan imajinasi dalam
menulis puisi yaitu:
·
Kata
adalah satuan rangkaian bunyi yang ritmis atau indah, atau yang merdu.
·
Makna
kata bisa menimbulkan banyak tafsir.
·
Mengandung
imajinasi mendalam tentang hal yang dibicarakan.
DAFTAR
PUSTAKA:
Syamsi, Kastam, Anwar Efendi. 2010. Aku Mampu Berbahasa dan
Bersastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
H, E. Kusnadi, Andang
Purwoto dan Siti Aisah. 2009. Belajar
Efektif Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Juwara,
Erwan, Eriyandi Budiman dan Rita Rochayati. 2009. Berbahasa
Indonesia dengan Efektif 1 untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas / Madrasah
Aliyah Program Bahasa. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar