MATERI 8
MENGAPRESIASI
CERITA PENDEK (CERPEN)
Kelas X
|
Semester Ganjil
|
Standar Kompetensi
1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan
secara langsung dan tidak langsung
6. Membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi
7. Memahami wacana sastra melalui
kegiatan membaca puisi dan cerpen
|
Kompetensi Dasar
1.2. Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara langsung/ melalui rekaman
6.1 Mengemukakan hal-hal
yang menarik atau mengesankan dari cerita pendek melalui kegiatan
diskusi
6.2 Menemukan nilai-nilai
cerita pendek melalui kegiatan diskusi
7.2. Menganalisis keterkaitan
unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari
|
Tujuan Pembelajaran:
Secara Kognitif siswa
dapat:
·
Memahami unsur-unsur sastra (instrinsik dan ekstrinsik)
·
Mengidentifikasi unsur-unsur sastra (instrinsik dan
ekstrinsik)
·
Menganalisis unsur-unsur sastra (instrinsik dan ekstrinsik)
·
Menemukan hal-hal hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerita
pendek, dapat berupa:
a. Tema cerita
b. Akur cerita
c. Latar cerita
d. Karakter tokoh
e. Pengalaman tokoh
f. Pandangan hidup tokoh
·
Menemukan nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek melalui kegiatan
diskusi
·
Mengkaitkan hal-hal yang menarik dan mengesankan dari cerita
dengan realitas kehidupan
·
Menganalisis hikmah unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan
sehari-hari
|
Secara Afektif siswa
dapat:
·
Mengikuti kegiatas KBM dengan penuh antusias
·
Mengkomunikasikan permasalan yang belum dipahami
·
Menghargai dan menghormati pendapat orang lain
·
Santun dalam mengkomunikasikan pendapat
·
Menerima hasil kesepakatan dengan lapang dada dan sikap
tanggung jawab.
·
Membangun kerjasama yang baik dalam diskusi
·
Menunjukan akhlak mulia atau kearifan lockal lainnya yang
dapat mengidentifikasi karakter bangsa.
|
Secara Psikomotorik
siswa dapat:
·
Melakukan kegiatan menganalisis unsur-unsur sastra
(instrinsik dan ekstrinsik)
·
Melaksanakan diskusi untuk menemukan hal-hal hal-hal yang menarik atau
mengesankan dari cerita pendek
·
Melaksanakan kegiatan menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui
kegiatan diskusi
·
Melaksanakan kegiatan menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu
cerpen dengan kehidupan sehari-hari
|
Jenis tagihan
Tugas Kompetensi
Ulangan Harian
|
A.
PENGERTIAN CERPEN
Menurut bentuk fisiknya,
cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang pendek. Ukuran pendek di sini
diartikan sebagai, dapat selesai dibaca sekali duduk dalam waktu kurang dari
satu jam. Di samping itu, cerpen bersifat rekaan(fiction). Namun, meskipun hanya
bersifat rekaan, cerpen ditulis berdasarkan kenyataan kehidupan. Apa yang
diceritakan di dalam cerpen memang tidak pernah terjadi, tetapi dapat terjadi
semacam itu. Ciri hakiki cerpen adalah bertujuan untuk memberikan gambaran yang
tajam dan jelas, dalam bentuk yang tunggal, utuh, dan mencapai efek yang
tunggal pula pada pembacanya(Jacob Sumardjo, 1988:36).
Efek tunggal yang dimaksud
di sini adalah pemahaman pembaca terhadap penceritaan cerpen. Oleh karena itu,
penceritaan dalam sebuah cerpen haruslah dilakukan secara hemat dan ekonomis agar
hanya ada satu kesan yang ditangkap pembaca, biasanya tentang moral.
Unsur
pembangun cerpen terdiri atas unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur Intrinsik
menurut Nurgiyantoro (2009: 23) merupakan unsur pembangun karya sastra yang
berasal dari dalam karya itu sendiri. Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang berada
di luar karya fiksi yang mempengaruhi lahirnya karya namun tidak menjadi bagian
di dalam karya fiksi itu sendiri. Sebelumnya Wellek dan Warren (1956 dalam
Nurgiyantoro, 2009: 23) juga berpendapat bahwa unsur ektrinsik merupakan
keadaan subjektivitas pengarang yang tentang sikap, keyakinan, dan pandangan
hidup yang melatarbelakangi lahirnya suatu karya fiksi, dapat dikatakan unsur
biografi pengarang menentukan ciri karya yang akan dihasilkan.
1) UNSUR – UNSUR INSTRIKSIK
1. Tema
Nurgiyantoro (2009 : 68)
menafsirkan bahwa tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya
sastra. Tema adalah ide sebuah cerita, bagian inti,
pokok dasar, atau fokus yang menjiwai sebuah cerita. Keberadaan tema memiliki
posisi penting dalam sebuah cerita. Di sisi pengarang, tema merupakan tujuan
utama yang hendak disampaikan kepada pembaca.
Tema merupakan inti atau pokok yang
menjadi dasar pengembangan cerita. Tema mempunyai posisi atau kedudukan yang
penting dalam sebuah cerita. Untuk memahami tema sebuah cerita, kita harus
membaca cerita itu secermat-cermatnya.
2. Alur (Plot)
Alur merupakan pola pengembangan cerita
yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat.
Sumarjo dan Saini K.M. (1994:49) menyatakan, di samping alur
yang terdiri atas beberapa bagian, alur juga dapat dipecahkan menjadi
bagian-bagian tertentu, yaitu: (1) pengenalan, (2) timbul konflik, (3) konflik
memuncak, (4) klimaks, (5) pemecahan masalah.
Macam-Macam Alur
Jika dilihat dari urutan kronologisnya,
alur dikelompokan menjadi 3 macam yaitu, alur maju, alur mundur dan alur
campuran. Di bawah ini adalah macam-macam dan contoh alur berdasarkan urutan
jalan ceritanya.
1. Alur maju
Pada alur maju atau disebut juga
dengan alur progresif, penulis menyajikan jalan ceritanya secara
berurutan dimulai dari tahapan perkenalan ke tahapan penyelesaian secara urut
dan tidak diacak. Berikut ini adalah contoh cerita pendek dengan menggunakan
alur maju.
2. Alur mundur
Alur mundur adalah
proses jalannya cerita secara tidak urut. Alur mundur disebut juga
sebagai alur regresif. Biasanya pengarang menyampaikan ceritanya
dimulai dari konflik menuju penyelesaian, kemudian menceritakan kembali latar
belakang timbulnya konflik tersebut. Contoh cerita menggunakan alur mundur.
3. Alur campuran
Alur jenis ini adalah
gabungan dari alur maju dan alur mundur. Penulis pada awalnya menyajikan
ceritanya secara urut dan kemudian pada suatu waktu, penulis menceritakan
kembali kisah masa lalu atau flashback. Cerita yang menggunakan alur ini cukup
sulit untuk dipahami dan membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi.
3. Latar
Segala sesuatu dalam
kehidupan ini harus terjadi pada suatu tempat dan waktu. Cerita rekaan adalah
dunia kata-kata yang didalamnya terdapat kehidupan para tokohnya dalam rentetan
peristiwa. Dengan demikian cerpen pun tidak terlepas dari tempat dan waktu
pula. Unsur yang menunjukkan di mana dan kapan peristiwa-peristiwa dalam kisah
itu berlangsung disebut latar /setting. Lebih
lanjut Rahmanto dan Hariyanto (1998 : 215) mendeskripsikan latar menjadi tiga
kategori, yaitu: tempat, waktu, dan sosial.
a)
Latar Lokasi atau Tempat, Latar lokasi adalah
informasi pada cerita yang menjelaskan tempat cerita itu berlangsung. Sebagai
Contoh latar lokasi cerita adalah di kerajaan, di desa, di hutan, di pantai, di
kahyangan, dll.
b)
Latar Waktu, Latar waktu
merupakan saat terjadinya peristiwa dalam dongeng, sebagai contoh pagi hari,
pada jaman dahulu kala, malam hari, tahun sekian, saat matahari terbenam dll.
c)
Latar Suasana, Latar suasana
adalah informasi yang menyebutkan suasana pada kejadian dalam dongeng
berlangsung. Sebagai contoh latar suasana adalah rakyat hidup damai dan
sejahtera, masyarakat hidup dalam ketakutan karena raja yang kejam, hutan
menjadi ramai setelah purbasari hidup disana, dll
Latar dapat bersifat faktual atau
imajiner. Fungsi latar adalah memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca
terhadap jalannya suatu cerita. Dengan demikian, apabila pembaca sudah menerima
latar sebagai sesuatu yang benar, dia akan lebih siap dalam menerima pelaku
ataupun kejadian-kejadian yang ada dalam latar itu.
4. Tokoh dan Penokohan
A. Tokoh
Tokoh merupakan pelaku yang mengemban
peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin cerita, atau
tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Tanpa tokoh alur tidak akan pernah
sampai pada bagian akhir cerita.
Nurgiyantoro (2009 : 176)
membedakan tokoh dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam
cerita sebagai tokoh utama dan tokoh tambahan:
a) Tokoh sentral/ tokoh utama
merupakan tokoh yang amat potensial menggerakan alur. Potensial → mempunyai potensi, dimana
arti potensi adalah sesuatu yang dipandang dapat menghasilkan/ menguntungkan.
Tokoh sentral merupakan pusat cerita, penyebab munculnya konflik.
b) Tokoh bawahan/ tokoh
sampingan/ tokoh pembantu/ tokoh figuran merupakan tokoh yang tidak
begitu besar pengaruhnya terhadap prkembangan alur, walaupun ia terlibat juga
dalam pengembangan alur itu.
Indikasi/ciri tokoh utama dan tokoh
tambahan atau pembantu, dalam cetita fiksi yaitu:
1.
Tokoh utama, dengan indikasi/ciri:
·
tokoh tersebut sering muncul
·
tokoh yang sering diberi komentar
2.
Tokoh tambahan/pembantu, dengan indikasi/ciri:
·
tokoh yang mendukung tokoh utama;
·
tokoh yang hanya diberi komentar alakadarnya.
Dilihat dari sifat tokoh, ada tiga jenis tokoh, yaitu:
a)
Tokoh
protagonis merupakan tokoh yang memperjuangkan kebenaran dan kejujuran, serta
memiliki watak yang baik.
b)
Tokoh
antagonis merupakan tokoh yang melawan kebenaran dan kejujuran, serta memilki
watak yang jelek. (Ingat, tokoh antagonis belum tentu jahat)
c)
Tokoh
Tritagonis merupakan tokoh yang bersifat sebagai penengah atau netral.
B. Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang
dalam menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
Penokohan terdiri atas beberapa hal yaitu:
Karakter
tokoh : watak; sifat tokoh
Karakteristik
tokoh : bentuk
atau ciri-ciri fisik tokoh
Karakterisasi
tokoh : cara pengarang dalam
menggambarkan karakter dan karakteristik tokoh.
Pengarang dapat menggunakan teknik
berikut untuk menggambar karakterisasi tokoh-tokohnya:
a)
Teknik analitik, karakter dan karakteristik tokoh diceritakan
atau diuraikan secara langsung oleh pengarang.
Contoh :
Siapa yang tidak kenal Pak Edi yang lucu, periang,
dan pintar. Meskipun agak pendek justru melengkapi sosoknya sebagai
guru yang diidolakan siswa. Lucu dan penyanyang.
b) Teknik dramatik, karakter dan
karakteristik tokoh tidak diuraikan secara langsung oleh pengarang. Karakter
dan karakteristik tokoh dikemukakan melalui:
·
penggambaran
fisik dan perilaku tokoh;
·
penggambaran
lingkungan kehidupan tokoh;
·
penggambaran
bahasa yang digunakan para tokoh; dapat melalui dialog antar tokoh.
·
pengungkapan
jalan pikiran tokoh; dan
·
penggambaran
oleh tokoh lain.
Contoh :
Begitu memasuki kamarnya Yayuk, pelajar kelas 1
SMA itu langsung melempar tasnya ke tempat tidur dan membaringkan dirinya tanpa
melepaskan sepatu terlebih dahulu. (tingkah laku tokoh)
c) Teknik Campuran adalah gabungan analitik dan dramatik. Pelaku dalam cerita dapat berupa
manusia , binatang, atau benda-benda mati yang
diinsankan
5. Point Of View (Sudut Pandang)
Istilah sudut pandang
diartikan Stanton (1965) sebagaimana dikutip Rahmanto dan Hariyanto (1998:2.16)
sebagai posisi pengarang terhadap peristiwa-peristiwa di dalam cerita. Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam, yaitu:
a. Sudut pandang orang
pertama
Pengarang berperan langsung sebagai
orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat dalam cerita yang bersangkutan.
Biasanya, tokoh tersebut menggunakan kata ganti aku, saya, dsb.
Jenis sudut pandang orang pertama:
1. Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama
Sudut pandang orang
pertama sebagai pelaku utama, jika tokoh aku di dalam cerita menjadi
tokoh utama. Sudut
pandang ini umumnya menggunakan kata ganti seperti “Aku” ataupun “Saya” pada
tokoh utama cerita. Dalam sudut pandang ini penulis atau pembuat
cerita seolah-olah terlibat dalam ceritanya dan dia sendiri sebagai tokoh utama
dalam cerita.
Contohnya:
Pagi hari aku bangun dari tidur panjang yang telah
melelapakanku, aku bergegas pergi ke kamar mandi untuk mandi
sebelum berangkat ke sekolah. Setelah itu aku membereskan tempat tidur dan
sarapan pagi terlebih dahulu, lalu setelah selesai sarapan barulah aku
berangkat ke sekolah dan berpamaitan kepada orang tua…
2. Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan
Sudut pandang orang
pertama sebagai pelaku sampingan, jika tokoh aku di dalam cerita menjadi
tokoh sampingan. Maksudnya
dalam sudut pandang ini seolah-olah si tokoh utama yang bercerita, akan tetapi
posisinya dalam scerita bukanlah sebagai tokoh utama. Pusat cerita dalam sudut
pandang ini adalah pada tokoh dia atau orang lain, bukan pada tokoh “aku”.
Contohnya:
Aku bangga melihat Agus teman baikku, dia sangat cerdas dalam
berbagai mata pelajaran di sekolah. Terkadang aku merasa iri padanya, karena
dia lebih pintar dari pada aku, akan tetapi dia selalu membantuku jika aku
dalam kesulitan dan dia selalu menemaniku saat bermain…
b. Sudut pandang orang ketiga
Pengarang hanya sebagai orang ketiga
yang berperan sebagai pengamat. Biasanya ditandai dengan penggunaan tokoh dia,
mereka, beliau, nama tokoh.
1. Sudut
pandang orang ketiga serba tahu
Sudut pandang orang ketiga
serba tahu, umumnya menggunakan kata ganti seperti ia, dia atau nama dari
pelaku yang ada dalam cerita yang dibuat oleh penulis. Dalam sudut pandang ini
penulis begitu lihai dalam menjelaskan dan mendripsikan tiap-tiap tokohnya baik
secara psikisnya maupun fisiknya.
Contohnya:
“Aku harus berjuang untuk
mendapatkannya!” pikir Budi ketika melihat Anggun yang sedang berjalan di
depannya. Anggun adalah salah satu gadis yang sangat cantik di sekolah itu.
“Hey Anggun, bagaimana kabarmu hari ini,” sapa Budi. Anggun yang tidak suka
dengan Budi tidak menjawab sapaannya, dia terus melangkahkan kakinya. Budi pun
terdiam dan berpikir, ”Kenapa dia? tunggu saja suatu saat kau akan menyesali perbuatanmu
itu!” Dia pun menampakan senyum licik di wajahnya…….
2. Sudut
pandang orang ketiga pengamat
Sudut pandang orang ketiga
pengamat ini maksudnya kata “dia” sangat terbatas. Penulis cerita
menggambarkan apa yang dilihat, didengar, yang dialami dan yang dirasakan oleh
tokoh utama dalam cerita, akan tetapi hal tersebut sangat terbatas hanya pada
seorang tokoh saja. Tokoh yang ada dalam cerita mungkin cukup banyak tetapi
mereka tidak diberikan kesempatan yang lebih untuk menunjukan sosok yang
sebenarnya, jadi hanya tokoh utama saja yang menunjukan sosok yang sebenarnya.
Contohnya:
Datang seorang siswa baru berpakaian keren kedalam kelas.
Wajahnya yang tampan membuat semua siswi di kelas tersebut terdiam. Tiba-tiba
siswa baru tersebut tersenyum dan membuat semua siswi dikelas menjerit
histeris, karena tidak menyangka senyum siswa baru itu sangat mempesona…
6. Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau
pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Amanat
disimpan rapi dan disembunyikan pengarang dalam keseluruhan isi cerita. Oleh karena itu,
untuk menemukan amanat, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf,
tetapi harus membaca keseluruhan cerita sampai tuntas.
7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis (pemakai bahasa). (Keraf, 2000 : 113). Ruang lingkup gaya
bahasa meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas, dan
penghematan kata.
2). UNSUR EKSTRINSIK
Unsur ekstrinsik merupakan semua
faktor luar yang mempengaruhi penciptaan sebuah tulisan ataupun karya sastra.
Bisa dikatakan unsur ektrinsik adalah milik subjektif seorang penulis yang
dapat berupa agama, budaya, kondisi sosial, motivasi, yang mendorong sebuah
karya sastra tercipta. Adapun unsur-unsur ekstrinsik karya sastra berupa cerita
dapat berupa:
1) Biografi pengarang
(riwayat hidup pengarang)
2) Latar Belakang Penciptaan adalah
kapan karya sastra tersebut diciptakan dan apakah peristiwa yang
melatarbelakangi cerita tersebut. atau sisi historis sastra.
3) Pandangan hidup
pengarang/Latar belakang pengarang
4) Kondisi masyarakat pada
saat karya sastra diciptakan yaitu keadaan masyarakat baik itu ekonomi, sosial,
budaya, politik pada saat karya sastra diciptakan
C. NILAI
NILAI KEHIDUPAN DALAM KARYA SASTRA
Meskipun bersifat fiktif,
cerpen merupakan karya sastra hasil pengolahan, perenungan, dan pengamatan
pengarang atas kehidupan di sekelilingnya. Dengan karyanya pengarang berusaha
mengungkapkan makna hidup dan kehidupan yang tertangkap oleh mata batinnya. Nilai-nilai
kehidupan yang diungkapkan pengarang dapat melalui penokohan, alur, konflik,
serta penyelesaian konflik (E. Kusnadi H., 2009 : 118).
Nilai-nilai kehidupan yang dapat dicermati dari sebuah
karya sastra adalah sebagai berikut:
a)
Nilai
Budaya
b)
Nilai pendidikan
c)
Nilai
sosial
d)
Nilai
religious atau Agama dan keyakinan
e)
Nilai
politik, ekonomi, hukum dll.
DAFTAR
PUSTAKA:
Sumardjo,
Jakob dan Saini K.M. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
H, E.
Kusnadi, Andang Purwoto dan Siti Aisah. 2009. Belajar Efektif Bahasa Indonesia untuk
SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Nurgiyantoro,
Burhan. 2009. Teori Pengkajian Sastra.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Sumarjo, J.
dan Saini K.M. (1994). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
Rahmanto, B.
dan Hariyanto, P. 1998. Materi Pokok Cerita Rekaan dan Drama. Jakarta:
Depdikbud.
Keraf, Gorys,
2000. Diksi dan Gaya
Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar