Jumat, 18 November 2016
Selasa, 15 November 2016
MATERI 8 LEMBAR KERJA MENGAPRESIASI KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK
MATERI 8
LEMBAR KERJA MENGAPRESIASI
KARYA SASTRA
BERUPA CERITA PENDEK
(CERPEN)
Kelas X
|
Semester Ganjil
|
Standar Kompetensi
1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan
secara langsung dan tidak langsung
6. Membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi
7. Memahami wacana sastra melalui
kegiatan membaca puisi dan cerpen
|
Kompetensi Dasar
1.2. Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara langsung/ melalui rekaman
6.1 Mengemukakan hal-hal
yang menarik atau mengesankan dari cerita pendek melalui kegiatan
diskusi
6.2 Menemukan nilai-nilai
cerita pendek melalui kegiatan diskusi
7.2. Menganalisis keterkaitan
unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari
|
Petunjuk lembar kerja siswa mengapresiasi cerita
pendek!
1. Bentuklah kelompok kerja
yang terdiri atas 3-4 orang siswa dan tunjuklah salah satunya sebagai ketua
kelompok!
2. Pilihlah salah satu cerpen
yang paling menarik berdasarkan kesepakatan/hasil musyawarah kelompok. Cerpen
dapat anda peroleh dari proses literasi atau studi pustaka di perpustakaan
sekolah, media cetak ataupun buku kumpulan cerpen.
3. Diskusikanlah cerpen
tersebut dengan anggota kelompok anda untuk menganalisis unsur-unsur
pembangunnya dan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam karya sastra
tersebut.
4. Sebagai bahan
pertimbangan, maka perhatikanlah contoh format lembar kerja mengapresiasi karya
karya sastra berupa cerita berikut ini!
FORMAT LEMBAR KERJA MENGAPRESIASI
KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK (CERPEN)
Perhatikanlah film pendek berikut!
Nama sekolah
| |
Nama siswa
| |
Kelas
| |
Judul cerpen
|
Perihal
Orang Miskin yang Berbahagia
|
Karya
|
Agus
Noor
|
Tema
|
Kehidupan
Ekonomi
|
1. Analisis Tokoh
Identifikasi peran tokoh
|
Nama Tokoh
|
Alasan
|
a. Tokoh Utama
|
Orang miskin
|
Karena
tokoh orang miskin adalah tokoh yang paling sering muncul dan merupakan tokoh
yang menjadi pusat perhatian pengarang dalam cerita.
|
b. Tokoh Sampingan
|
1) Aku
2) Anak-anak orang miskin
3) Istri orang miskin
|
Karena
tokoh-tokoh ini adalah tokoh-tokoh yang mendukung pengembangan peristiwa-peristiwa
atau kejadian-kejadian yang dialami
tokoh utama.
|
MATERI 8 MENGAPRESIASI CERITA PENDEK (CERPEN
MATERI 8
MENGAPRESIASI
CERITA PENDEK (CERPEN)
Kelas X
|
Semester Ganjil
|
Standar Kompetensi
1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan
secara langsung dan tidak langsung
6. Membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi
7. Memahami wacana sastra melalui
kegiatan membaca puisi dan cerpen
|
Kompetensi Dasar
1.2. Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara langsung/ melalui rekaman
6.1 Mengemukakan hal-hal
yang menarik atau mengesankan dari cerita pendek melalui kegiatan
diskusi
6.2 Menemukan nilai-nilai
cerita pendek melalui kegiatan diskusi
7.2. Menganalisis keterkaitan
unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari
|
Tujuan Pembelajaran:
Secara Kognitif siswa
dapat:
·
Memahami unsur-unsur sastra (instrinsik dan ekstrinsik)
·
Mengidentifikasi unsur-unsur sastra (instrinsik dan
ekstrinsik)
·
Menganalisis unsur-unsur sastra (instrinsik dan ekstrinsik)
·
Menemukan hal-hal hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerita
pendek, dapat berupa:
a. Tema cerita
b. Akur cerita
c. Latar cerita
d. Karakter tokoh
e. Pengalaman tokoh
f. Pandangan hidup tokoh
·
Menemukan nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek melalui kegiatan
diskusi
·
Mengkaitkan hal-hal yang menarik dan mengesankan dari cerita
dengan realitas kehidupan
·
Menganalisis hikmah unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan
sehari-hari
|
Secara Afektif siswa
dapat:
·
Mengikuti kegiatas KBM dengan penuh antusias
·
Mengkomunikasikan permasalan yang belum dipahami
·
Menghargai dan menghormati pendapat orang lain
·
Santun dalam mengkomunikasikan pendapat
·
Menerima hasil kesepakatan dengan lapang dada dan sikap
tanggung jawab.
·
Membangun kerjasama yang baik dalam diskusi
·
Menunjukan akhlak mulia atau kearifan lockal lainnya yang
dapat mengidentifikasi karakter bangsa.
|
Secara Psikomotorik
siswa dapat:
·
Melakukan kegiatan menganalisis unsur-unsur sastra
(instrinsik dan ekstrinsik)
·
Melaksanakan diskusi untuk menemukan hal-hal hal-hal yang menarik atau
mengesankan dari cerita pendek
·
Melaksanakan kegiatan menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui
kegiatan diskusi
·
Melaksanakan kegiatan menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu
cerpen dengan kehidupan sehari-hari
|
Jenis tagihan
Tugas Kompetensi
Ulangan Harian
|
A.
PENGERTIAN CERPEN
Menurut bentuk fisiknya,
cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang pendek. Ukuran pendek di sini
diartikan sebagai, dapat selesai dibaca sekali duduk dalam waktu kurang dari
satu jam. Di samping itu, cerpen bersifat rekaan(fiction). Namun, meskipun hanya
bersifat rekaan, cerpen ditulis berdasarkan kenyataan kehidupan. Apa yang
diceritakan di dalam cerpen memang tidak pernah terjadi, tetapi dapat terjadi
semacam itu. Ciri hakiki cerpen adalah bertujuan untuk memberikan gambaran yang
tajam dan jelas, dalam bentuk yang tunggal, utuh, dan mencapai efek yang
tunggal pula pada pembacanya(Jacob Sumardjo, 1988:36).
Efek tunggal yang dimaksud
di sini adalah pemahaman pembaca terhadap penceritaan cerpen. Oleh karena itu,
penceritaan dalam sebuah cerpen haruslah dilakukan secara hemat dan ekonomis agar
hanya ada satu kesan yang ditangkap pembaca, biasanya tentang moral.
B. UNSUR
PEMBANGUN CERPEN
Senin, 07 November 2016
LEMBAR KERJA SISWA MENGAPRESIASI PUISI
MATERI 5
LEMBAR KERJA SISWA
MENGAPRESIASI PUISI
dan
MENGUNGKAPKAN ISI SUATU PUISI
Kelas X
|
Semester Ganjil
|
Standar Kompetensi
5. Memahami puisi yang
disampaikan secara langsung/ tidak langsung
|
Kompetensi Dasar
5.1.
Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara
langsung ataupun melalui rekaman
5.2.
Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung
ataupun melalui rekaman
|
Perhatikanlah
contoh analisis puisi berikut!
FORMAT
ANALISIS UNSUR BENTUK DAN INTERPRETASI ISI PUISI DENGAN TEKNIK PARAFRASA
Nama sekolah
|
|
Nama siswa
|
|
Kelas
|
|
Tanggal kumpul
|
|
Jenis Puisi
|
Lirik
|
Puisi
|
Doa
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintuMu aku mengetuk
|
Karya
|
Chairil Anwar
|
Pengimajian/ penginderaan
|
1. Citraan gerak
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
2. Citraan peraba
cayaMu panas suci
|
Selasa, 25 Oktober 2016
MATERI 7 (MEMBACAKAN PUISI)
MATERI 7
TEKNIK DAN CARA MEMBACA PUISI
Kelas X
|
Semester Ganjil
|
Standar Kompetensi
7.
Memahami wacana sastra melalui
kegiatan membaca puisi dan cerpen
|
Kompetensi Dasar
7.1.
Membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan intonasi yang tepat
|
Tujuan
Pembelajaran:
1. Secara Kognitif siswa
dapat:
·
Memahami Teknik membaca puisi dengan memperhatikan lafal, nada, tekanan, dan intonasi yang tepat
|
2. Secara Afektif siswa
dapat:
·
Mengikuti kegiatas KBM dengan penuh antusias
·
Mengkomunikasikan permasalan yang belum dipahami
·
Menghargai dan meghormati orang lain dalam mengkreasikan
diri membaca puisi
·
Menunjukan akhlak mulia atau kearifan lockal lainnya yang
dapat mengidentifikasi karakter bangsa.
|
3. Secara Psikomotorik
siswa dapat:
·
Melaksanakan kegiatan membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan,
dan intonasi yang tepat
|
Jenis tagihan
Praktikum
|
E. Kusnadi (2009 : 83)
menjelaskan bahwa membaca puisi atau membaca nyaring sebuah puisi tergolong
dalam bentuk membaca indah. Tujuan membaca puisi tidak hanya untuk kepuasan si
pembaca saja, tetapi juga untuk memberikan kepuasan
pada pendengarnya.
Membaca puisi merupakan
sebuah seni, yakni seni memahami sesuatu nilai keindahan bahasa sebuah karya,
baik untuk diapresiasi maupun ditampilkan (Erwan Juhara, 2009 : 57). Pembacaan
puisi pada dasarnya harus dilakukan dengan baik agar pesan dari puisi dapat
tersampaikan kepada pendengar. Membaca puisi tidak bisa dilakukan dengan cara
sembarangan melainkan ada teknik dan cara-caranya.
Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam membacakan puisi, antara lain adalah pelafalan,
intonasi dan ekspresi. Kegiatan membaca puisi sendiri mengacu pada dua hal
yaitu membaca puisi untuk diri sendiri dan membaca untuk orang lain. Membaca
puisi di depan orang lain dianggap lebih sulit apalagi untuk pemula. Meskipun
demikian, baik buruknya cara membacakan puisi di depan orang lain tergantung
pada membaca puisi untuk diri sendiri.
Sri Utami (2008 : 85)
menerangkan cara agar dapat membaca puisi dengan baik perlu memperhatikan hal-hal
berikut:
a) Interpretasi (penafsiran)
Untuk memahami sebuah puisi
kita harus dapat menangkap simbol-simbol atau lambang-lambang yang dipergunakan
oleh penyair. Bila kita salah dalam menafsirkan makna simbol/lambang, kita
dapat salah dalam memahami isinya.
b) Teknik vokal
Untuk pengucapan yang komunikatif
diperlukan penguasaan intonasi, diksi, jeda, enjambemen, dan lafal yang tepat.
c) Performance (penampilan)
Dalam hal ini pembaca puisi
dituntut untuk dapat memahami pentas dan publik. Pembaca puisi juga dapat menunjukkan
sikap dan penampilan yang meyakinkan. Berani menatap penonton dan mengatur
ekspresi yang tidak berlebihan. Selain itu, pembaca puisi harus memperhatikan pula
irama serta mimik. Mimik merupakan petunjuk apakah seseorang sudah benar-benar
dapat menjiwai atau meresapkan isi puisi itu. Harmonisasi antara mimik dengan
isi (maksud) puisi merupakan puncak keberhasilan dalam membaca puisi.
A. Teknik dan Cara Membaca Puisi
Membaca puisi untuk orang
lain pada dasarnya sama dengan memgkonkretkan sebuah puisi, baik dalam bentuk
audio maupun visual. Pembacaaan demikian disebut deklamasi. Deklamasi akan
melibatkan unsur pembaca, pendengar, dan puisi yang dibaca. Pembaca memiliki
peran yang sangat dominan dalam menghidupkan puisi agar dapat dinikmati
pendengar. Maka dari itu, dalam membaca ada beberapa hal yang harus
diperhatikan seperti, alat ucap, faktor kebahasaan, dan faktor-faktor non
kebahasaan. Dengan menguasai ketiga faktor tersebut akan memudahkan dalam
berdeklamasi.
MATERI 6 (MENULIS PUISI LAMA DAN BARU)
MATERI 6
MENULIS PUISI
Kelas X
|
Semester Ganjil
|
Standar Kompetensi
8. Mengungkap-kan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis
|
Kompetensi Dasar
8.1 Menulis
puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
8.2 Menulis
puisi baru dengan memper-hatikan bait, irama, dan rima
|
Tujuan
Pembelajaran:
1. Secara Kognitif siswa
dapat:
·
Memahami jenis-jenis puisi lama dan baru
·
Mengidentifikasi jenis-jenis puisi lama dan baru
·
Menulis puisi lama
·
Memahami teknik menulis puisi
·
Menulis puisi baru
|
2. Secara Afektif siswa
dapat:
·
Mengikuti kegiatas KBM dengan penuh antusias
·
Mengkomunikasikan permasalan yang belum dipahami
·
Menunjukan akhlak mulia atau kearifan lockal lainnya yang
dapat mengidentifikasi karakter bangsa.
|
3. Secara Psikomotorik
siswa dapat:
·
Mengembangkan ide dan perasaan ke dalam bentuk menulis puisi
lama
·
Mengembangkan imajinasi dan perasaan ke dalam bentuk menulis
puisi baru
|
Jenis tagihan
Tugas
|
Berdasarkan bentuknya,
puisi dibedakan atas puisi konvensional (lama) dan puisi inkonvensional
(modern). Puisi konvensional (lama) merupakan jenis puisi yang masih terikat
oleh persajakan, pengaturan larik dalam setiap bait, dan jumlah kata dalam
setiap larik, serta musikalitas puisi sangat diperhatikan. Dalam hal ini, yang
tergolong di dalamnya adalah jenis-jenis puisi lama, misalnya pantun,
syair,gurindam, bidal, talibun dan banyak lagi yang lainnya. Sedangkanpuisi
inkonvensional merupakan jenis puisi yang tidak terikat oleh pengaturan dalam
penciptaan puisi. Meskipun demikian, dalam kedua bentuk puisi tersebut tetap
terkandung ritme, rima, dan musikalitas (Waluyo, 2003).
A. MENULIS PUISI LAMA
Dalam khasanah sastra
Indonesia, puisi lama seperti mantra, bidal, talibun, seloka, gurindam, dan pantun
merupakan kesusastraan asli Indonesia, warisan dari kesusastraan Melayu. Dari
berbagai jenis puisi lama tersebut, yang sampai sekarang masih terus berkembang
dan banyak dinikmati adalah pantun (E. Kusnadi, 2009 : 132).
Untuk dapat menulis puisi lama
yang baik maka perlu memperhatikan ciri-ciri puisi lama, jenis-jenis puisi lama
dan ciri-ciri puisi lama. Sehingga setelah itu anda akan dapat menentujan jenis
puisi lama apa yang ingin anda tulis.
Ciri - Ciri Puisi Lama
·
Puisi
kerakyatan yang biasanya tidak dikenal siapa pengarangnya atau anonim
·
Tidak
seperti puisi baru, puisi lama tersebar secara lisan sehingga masuk kedalam
jenis sastra lisan
·
Tidak
sebebas puisi baru yang sering mengabaikan aturan - aturan, puisi lama terikat
pada aturan - aturan seperti persajakan, jumlah suku kata dan lain - lain.
Macam - Macam Puisi Lama
Sebagaimana telah
disebutkan di atas bahwa puisi lama adalah puisi yang terikat berbagai aturan baik
dari segi substansi maupun dari segi sistematika penulisan. Berikut ini akan
dijelaskan satu per satu contoh dari jenis-jenis puisi lama (Kastam Syamsi,
2010 : 62).
1. Pantun
MATERI 5 (5.2. MEMPARAFRASA PUISI)
MATERI 5
MENGUNGKAPKAN ISI SUATU PUISI
(Memparafrasa Puisi)
Kelas X
|
Semester Ganjil
|
Standar Kompetensi
5. Memahami puisi yang
disampaikan secara langsung/ tidak langsung
|
Kompetensi Dasar
5.2.
Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung
ataupun melalui rekaman
|
Tujuan Pembelajaran:
1. Secara Kognitif siswa
dapat:
·
Memahami teknik memparafrasa puisi
·
Mengintrepretasikan isi puisi berdasarkan hasil parafrasa
puisi
|
2. Secara Afektif siswa
dapat:
·
Mengikuti kegiatas KBM dengan penuh antusias
·
Mengkomunikasikan permasalan yang belum dipahami
·
Memperjelas pendapat atau penjelasan yang disampaikan orang
lain
·
Membentuk pendapat untuk menanggapi suatu permasalahan
·
Menunjukan akhlak mulia atau kearifan lockal lainnya yang
dapat mengidentifikasi karakter bangsa.
|
3. Secara Psikomotorik
siswa dapat:
·
Melaksanakan kegiatan memparafrasa puisi
|
Jenis tagihan
Tugas
Ulangan
harian
|
Salah satu cara untuk
memudahkan seseorang dalam mengungkapkan isi suatu puisi adalah dengan teknik
parafrasa. Menurut Sumarjo dan Suratmi (2009:19), parafrasa adalah cara yang
dilakukan untuk memahami puisi dengan menyadur atau mengubah bentuk suatu karya
sastra, tetapi tanpa mengubah makna karya sastra semula. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, parafrasa adalah
penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata) yang lain,
dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.
Hal ini sejalan dengan
pendapat Aminuddin (2002:41) menyatakan pengertian pendekatan parafrasa adalah
strategi pemahaman kandungan makna dalam cipta sastra dengan jalan
mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan menggunakan
kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang
digunakan oleh pengarangnya. Pengungkapan kembali tersebut bertujuan untuk
menjelaskan makna yang tersembunyi. Tujuan akhir dari parafrasa itu adalah
menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca
lebih mudah memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta karya
sastra. Memparafrasakan sebuah cipta karya sastra bukanlah sebuah pekerjaan
yang mudah. Kemungkinan salah tafsir cukup besar. Memparafrasakan puisi adalah
kegiatan mengubah suatu puisi menjadi frase-frase atau kalimat-kalimat. Dengan
cara demikian, diharapkan pemahaman terhadap suatu puisi akan lebih mudah (Suroto,
1989:195).
Bagaimana cara
memparafrasekan puisi menjadi prosa? Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memfaraprasekan puisi menjadi prosa, ialah :
a) Membaca atau mendengarkan
pembacaan puisi dengan seksama ;
b) Pahami isi kandungan puisi
secara utuh ;
c) Jelaskan kata-kata kias
atau ungkapan yang terdapat dalam puisi ;
d) Uraikan kembali isi puisi
secara tertulis dalam bentuk prosa dengan kalimat sendiri ;
e) Sampaikan secara lisan
atau dibacakan.
Parafrasa merupakan cara
pengungkapan kembali suatu tuturan dari suatu tingkatan/ macam bahasa menjadi
yang lain tanpa mengubah pengertiannya. Ciri Parafrasa:
1. bentuk tuturan berbeda
2. makna tuturan sama
3. subtansi tidak berubah
4. bahasa/cara penyampaian
berbeda
Langganan:
Postingan (Atom)