Selasa, 25 Oktober 2016

MATERI 6 (MENULIS PUISI LAMA DAN BARU)

MATERI 6
MENULIS PUISI

Kelas X
Semester Ganjil
Standar Kompetensi
8. Mengungkap-kan pikiran, dan perasaan  melalui kegiatan menulis 
Kompetensi Dasar
8.1  Menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
8.2  Menulis puisi baru dengan memper-hatikan bait, irama, dan rima
Tujuan Pembelajaran:
1.     Secara Kognitif siswa dapat:
·         Memahami jenis-jenis puisi lama dan baru
·         Mengidentifikasi jenis-jenis puisi lama dan baru
·         Menulis puisi lama
·         Memahami teknik menulis puisi
·         Menulis puisi baru
2.    Secara Afektif siswa dapat:
·         Mengikuti kegiatas KBM dengan penuh antusias
·         Mengkomunikasikan permasalan yang belum dipahami
·         Menunjukan akhlak mulia atau kearifan lockal lainnya yang dapat mengidentifikasi karakter bangsa.

3.    Secara Psikomotorik siswa dapat:
·         Mengembangkan ide dan perasaan ke dalam bentuk menulis puisi lama
·         Mengembangkan imajinasi dan perasaan ke dalam bentuk menulis puisi baru
Jenis tagihan
Tugas

Berdasarkan bentuknya, puisi dibedakan atas puisi konvensional (lama) dan puisi inkonvensional (modern). Puisi konvensional (lama) merupakan jenis puisi yang masih terikat oleh persajakan, pengaturan larik dalam setiap bait, dan jumlah kata dalam setiap larik, serta musikalitas puisi sangat diperhatikan. Dalam hal ini, yang tergolong di dalamnya adalah jenis-jenis puisi lama, misalnya pantun, syair,gurindam, bidal, talibun dan banyak lagi yang lainnya. Sedangkanpuisi inkonvensional merupakan jenis puisi yang tidak terikat oleh pengaturan dalam penciptaan puisi. Meskipun demikian, dalam kedua bentuk puisi tersebut tetap terkandung ritme, rima, dan musikalitas (Waluyo, 2003).

A.  MENULIS PUISI LAMA
          Dalam khasanah sastra Indonesia, puisi lama seperti mantra, bidal, talibun, seloka, gurindam, dan pantun merupakan kesusastraan asli Indonesia, warisan dari kesusastraan Melayu. Dari berbagai jenis puisi lama tersebut, yang sampai sekarang masih terus berkembang dan banyak dinikmati adalah pantun (E. Kusnadi, 2009 : 132).
Untuk dapat menulis puisi lama yang baik maka perlu memperhatikan ciri-ciri puisi lama, jenis-jenis puisi lama dan ciri-ciri puisi lama. Sehingga setelah itu anda akan dapat menentujan jenis puisi lama apa yang ingin anda tulis.

Ciri - Ciri Puisi Lama
·         Puisi kerakyatan yang biasanya tidak dikenal siapa pengarangnya atau anonim
·         Tidak seperti puisi baru, puisi lama tersebar secara lisan sehingga masuk kedalam jenis sastra lisan
·         Tidak sebebas puisi baru yang sering mengabaikan aturan - aturan, puisi lama terikat pada aturan - aturan seperti persajakan, jumlah suku kata dan lain - lain.

Macam - Macam Puisi Lama
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa puisi lama adalah puisi yang terikat berbagai aturan baik dari segi substansi maupun dari segi sistematika penulisan. Berikut ini akan dijelaskan satu per satu contoh dari jenis-jenis puisi lama (Kastam Syamsi, 2010 : 62).
1.  Pantun 

Pantun termasuk puisi lama. Pantun adalah puisi asli Indonesia. Hampir di semua daerah di Indonesia terdapat tradisi berpantun (Erwan Juwara, 2009 : 81). Pantun merupakan puisi lama yang memiliki jumlah baris 4 dan terdiri dari 2 baris pertama sampiran dan dua baris terakhir isi. 
Ciri - Ciri Pantun :
·         Memiliki empat baris
·         Memiliki rima atau persajakan abab
·         Jumlah suku kata tiap baris adalah 8-12
·         Dua baris pertama adalah sampiran dan dua baris kedua adalah isi
Contoh Pantun
Jika ada mawar di padang
Kupetik ditengah malam
Wahai putri berwajah terang
Cintamu Membuatku Tenggelam

2.  Mantra
Mantra adalah puisi atau syair yang dipercaya memiliki kekuatan ghaib.
Ciri - ciri
·         Memiliki rima abc abc, abcde, abcde
·         Dipercaya memiliki kekuatan ghaib
·         Bersifat misterius
·         Adanya metafora
·         Adanya perulangan
·         Bersifat Esoferik  (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara)
Contoh
Manunggaling Kawula Gusti
Ya Murubing Bumi
Sirku Sir Sang Hyang Widi
Kinasih kang asih

3.  Karmina
Karmina merupakan puisi lama yang terdiri dari dua baris. Karmina disebut juga pantun singkat.
Ciri - ciri :
·         Terdiri dari dua baris
·         Memiliki rima AA, atau BB
·         Tema bersifat epik atau kepahlawanan
·         Tidak ada sampiran melainkan semuanya adalah isi
·         Setiap frasa ditandai dengan koma dan diakhiri dengan titik
Contoh :
Lukamu adalah lukaku, Ditahan di Dalam Kalbu
Tetaplah maju, meski tak tahu yang dituju

4.  Seloka
Seloka hampir mirip dengan pantun namun memiliki rima yang berbeda. Dalam hal ini, jumlah baris seloka seringkali lebih dari 4. Seloka sering juga disebut sebagai pantun berkait.
Contoh :
Bunga mawar cempaka biru
Bunga rampai di dalam puan
Tujuh malam semalam rindu
Belum sampai padamu tuan

Bunga rampai di dalam puan
Ruku-ruku dari peringgit
Belum sampai padamu tuan
Rindu saya bukan sedikit

Ruku-ruku di peringgit
Teras jati bertalam-talam
Rindu saya bukan sedikit
Nyaris mati semalam-malam

Teras jati bertalam-talam
Kapal brlabuh dilautan sisi
Nyaris mati semalam-malam
Bantal dipeluk saya tangisi

5.  Gurindam 
Gurindam adalah  puisi yang  lama yang berisikan 2 baris tap bait, bersajak atau memiliki rima a-a-a-a,sementara isinya nasihat
Ciri-ciri gurindam :
·         Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
·         Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c ) 

6.  Syair
Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita
Ciri-ciri syair 
·         Terdiri dari 4 baris 
·         Berirama aaaa 
·         Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair 
Contoh : 
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

7.  Talibun
Talibun adalah sejenis pantun namun memiliki jumlah baris yang genap seperti 6, 8, 10 dst.
Ciri-ciri:
·         Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya. 
·         Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
·         Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi. 
·         Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c. 
·         Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh :
Jauh dimata Jangan di Pandang
Jauh Dihati jangan di Sakiti
Jauh DI badan jangan di sentuh
Kalau dosa terus di tambang
Walau mati itu pasti
Tanda hatimu rapuh


B.  MENULIS PUISI BARU
E. Kusnadi (2009 : 102) menjelaskan bahwa karya sastra puisi berbeda dengan karya sastra prosa. Karya sastra puisi bersifat pemusatan (konsentrif) dan pemadatan (intensif). Pengarang tidak menjelaskan secara terperinci apa yang ingin diungkapkannya. Pengarang hanya mengutarakan apa yang menurut perasaannya atau pendapatnya merupakan bagian yang pokok atau penting saja. Pengarang mengadakan konsentrasi dan intensifikasi atau pemusatan dan pemadatan, baik pada masalah yang akan disampaikannya maupun juga pada cara penyampaiannya. Dalam karya sastra puisi akan terasa penghematan unsur-unsur bahasa. Katakata yang tidak berfungsi benar mendukung makna akan dihilangkan, demikian pula halnya dengan tanda-tanda baca hampir dihilangkan.
Akibat dari usaha intensifikasi tersebut, yang menjadi perhatian pengarang dalam menulis puisi adalah bunyi bahasa dan bentuk. Dalam memilih kata-kata pengarang tidak hanya mendasarkan pada artinya saja tetapi juga memperhatikan nilai ”rasa”; yaitu pengaruh yang mungkin dapat ditimbulkan oleh unsur-unsur bunyi bahasa tersebut. Penyusunan kata-kata atau baris-baris kalimat bukan hanya terbatas pada indahnya bentuk, melainkan juga pada pengaruh pada makna puisinya.
Berikut ini langkah-langkah dalam membuat puisi baru yang baik:
1.  Tentukan gaya dan tipe puisi
a)    Puisi epik, yakni suatu puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah. Puisi epik dibedakan menjadi folk epic, yakni jika nilai akhir puisi itu untuk dinyanyikan, dan literary epic, yakni jika nilai akhir puisi itu untuk dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya.
b)   Puisi naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita, menjadi pelaku, perwatakan,setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Jenis puisi yang termasuk dalam jenis puisi naratif ini adalah balada yang dibedakan menjadi folk ballad danliterary ballad. Ini adalah ragam puisi yang berkisah tentang kehidupan manusia dengan segala macam sifat pengasihnya, kecemburuan, kedengkian, ketakutan, kepedihan, dan keriangannya. Jenis puisi lain yang termasuk dalam puisi naratif adalah poetic tale, yaitu puisi yang berisi dongeng-dongeng rakyat.
c)    Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. Jenis puisi lirik umumnya paling banyak terdapat dalam khazanah sastra modern di Indonesia. Misalnya, dalam puisi-puisi Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, dan lain-lain.
d)   Puisi dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu. Dalam puisi dramatik dapat saja penyair berkisah tentang dirinya atau orang lain yang diwakilinya lewat monolog.
e)   Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya ditampilkan secara eksplisit.
f)    Puisi satirik, yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat.
g)   Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih.
h)   Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih dan kedukaan seseorang.
i)     Ode, yakni puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan.
j)    Hymne, yakni puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air.

2.  Tentukan Tema dan Judul.
Penentuan Tema adalah langkah-langkah dalam membuat puisi selanjutnya. Tema pokok persoalan yang akan dikemukakan dalam puisi. Tema adalah pokok pembahasan yang mendasari puisi. Untuk mendapatkan tema, kita bisa memancingnya dengan menggunakan pertanyaan, Puisi ini membicarakan tentang apa? Apakah tentang keindahan alam, kecantikan seseorang, protes sosial, dan lain-lain. Pilihlah satu tema yang kita inginkan sebagai acuan dalam membuat puisi agar puisi kita lebih menarik. Tema puisi banyak sekali. Jadi, sebisa mungkin pilihlah tema yang benar-benar menarik. Setelah menentukan tema langkah selanjutnya menentukan judul yang berpacu pada tema. Tema puisi tersebar begitu banyak di sekitar kita. Kita tinggal mengamati dan menajamkan kepekaan. Seorang penulis puisi yang peka, ia tidak akan kehabisan akal untuk menemukan sebuah tema.

3.  Gunakan Gaya Bahasa
Langkah-langkah dalam menulis puisi yang baik selanjutnya adalah dengan menggunakan gaya bahasa, salah satunya adalah:
a)    Hiperbola, menyatakan sesuatu dengan gaya bahasa berlebihan.
Contoh: Suaranya menggelegar membelah angkasa.
b)   Personifikasi, menggambarkan benda mati seperti halnya manusia.
Contoh: Batu-batu karang itu melihat dan menyaksikan cinta kita.
c)    Paralelisme, mengulang isi kalimat dengan kalimat lain yang sama.
Contoh: Segenap daratan telah kujalani, segenap lautan telah kuarungi.
d)   Metafora, yakni pengungkapan yang mengandung makna secara tersirat untuk mengungkapkan acuan makna yang lain selain makna sebenarnya,
Misalnya, “cemara pun gugur daun” mengungkapkan makna “ketidakabadian kehidupan”. Contoh lain “Kita adalah tiang negeri ini”.
e)   Metonimia, yakni pengungkapan dengan menggunakan suatu realitas tertentu, baik itu nama orang, benda, atau sesuatu yang lain untuk menampilkan makna-makna tertentu.
Misalnya: “Hei! Jangan kaupatahkan kuntum bunga itu”. “Kuntum bunga” di situ mewakili makna tentang remaja yang sedang tumbuh untuk mencapai cita-cita hidupnya.
f)    Anafora, yakni pengulangan kata atau frase pada awal dua larik puisi secara berurutan untuk penekanan atau keefektifan bahasa.
Contoh : Segala lepas, segala bebas, segala membuas.

4.  Memperhatikan Aspek Tipografi dan Verifikasi Saat Menulis Puisi
Bait, yakni satuan yang lebih besar dari baris yang ada dalam puisi. Bait merujuk pada kesatuan larik yang berada dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik (bait) lainnya. Dalam puisi, keberadaan bait sebagai kumpulan larik tidaklah mutlak. Bait-bait dalam puisi dapat diibaratkan sebagai suatu paragraf karangan yang paragraf atau baitnya telah mengandung pokok-pokok pikiran tertentu.
Rima, menyangkut pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan.
Irama, yakni paduan bunyi yang menimbulkan unsur musikalitas, baik berupa alunan tinggi-rendah, panjang-pendek, dan kuat-lemah yang keseluruhannya mampu menumbuhkan kemerduan, kesan suasana, serta nuansa makna tertentu. Timbulnya irama itu, selain akibat penataan rima, juga akibat pemberian aksentuasi dan intonasi maupun tempo sewaktu melaksanakan pembacaan secara oral.

5.  Memilih kata yang tepat
Temukan dan gunakan kata-kata yang tepat. Penggunaan kata bisa dilatih. Jika Anda tekun berlatih, pemilihan kata bukan lagi sebagai halangan.  Untuk mengatasi hal itu, gunakan teknik konversi: yaitu membuat berbagai versi dari kalimat yang Anda buat.
Sebagai contoh kita buat kalimat lain dari "Aku mencintaimu." Inilah beberapa versi lain dari kalimat tersebut.
·         Ingin Kuungkapkan Cinta Ini
·         Betapa Indahnya Engkau Ketika Kau Tawan Cintaku
·         Hatiku Hanya Berpaut Padamu
·         Jiwaku Menyentuh Jiwamu
Makna dari berbagai kalimat di atas sebenarnya sama, yakni "Aku mencintaimu."  

Langkah berikutnya dalam membuat puisi yang baik, benar, dan indah adalah dengan membangun suasana. Membuat suasana yang sesuai dapat menjadi nilai lebih dalam sebuah puisi.
Caranya bisa dengan menggunakan kata teknik sinonim, metafora dan deskriptif.
·         Teknik sinonim yaitu dengan menemukan dan menggunakan kata-kata yang semakna. Misalnya kata bahagia bisa juga bermakna senang, riang, gembira, cerah. 
·         Metafora yaitu dengan menyamakan kata "bahagia" dengan fenomena alam, misalnya musim bersemi, bunga-bunga mekar, wangi, cahaya cerah matahari, rembulan purnama. 
·         Deskriptif yaitu dengan menggambarkan atau mendefinisikan suasana yang kita ingin buat. 

Puisi yang baik adalah puisi yang memberikan sebuah kesan tersendiri kepada pembacanya. Kesan dalam puisi terbentuk oleh perasaan para penulisnya. Ada semacam telepati antara penyair dan pembaca. Yaitu mereka pembaca dapat merasakan apa kondisi kejiwaan si pembuat puisi tadi. 

8.  Kembangkan Puisi Seindah Mungkin.
Langkah-langkah dalam membuat puisi yang baik selanjutnya adalah mengembangkan semua langkah diatas menjadi puisi yang indah. Susun kata-kata, larik-larik puisi menjadi bait-bait. Kembangkan menjadi satu puisi yang utuh dan bermakna.  Ingat puisi bukanlah artikel. Tulisan yang kita buat untuk puisi harus ringkas padat sekaligus indah. Pilihlah kata yang sesuai yang mewakili unsur keindahan sekaligus makna yang padat.
Mungkin kita harus mengingat tiga hal tersebut yang berkaitan dengan kata, larik dan imajinasi dalam menulis puisi yaitu:
·         Kata adalah satuan rangkaian bunyi yang ritmis atau indah, atau yang merdu.
·         Makna kata bisa menimbulkan banyak tafsir.
·         Mengandung imajinasi mendalam tentang hal yang dibicarakan.



DAFTAR PUSTAKA:
Syamsi, Kastam, Anwar Efendi. 2010. Aku Mampu Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
H, E. Kusnadi, Andang Purwoto dan Siti Aisah. 2009. Belajar Efektif Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Juwara, Erwan, Eriyandi Budiman dan Rita Rochayati. 2009. Berbahasa Indonesia dengan Efektif 1 untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Bahasa. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional








Tidak ada komentar:

Posting Komentar