Selasa, 15 November 2016

MATERI 8 MENGAPRESIASI CERITA PENDEK (CERPEN

MATERI 8
MENGAPRESIASI
CERITA PENDEK (CERPEN)

Kelas X
Semester Ganjil
Standar Kompetensi
1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung dan tidak langsung
6. Membahas cerita pendek melalui kegiatan  diskusi
7. Memahami  wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan  cerpen
Kompetensi Dasar
1.2. Mengidentifikasi unsur  sastra (intrinsik dan ekstrinsik)  suatu cerita yang disampaikan secara  langsung/ melalui  rekaman
6.1  Mengemukakan hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerita pendek melalui kegiatan diskusi 
6.2  Menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi 
7.2. Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari
Tujuan Pembelajaran:
Secara Kognitif siswa dapat:
·         Memahami unsur-unsur sastra (instrinsik dan ekstrinsik)
·         Mengidentifikasi unsur-unsur sastra (instrinsik dan ekstrinsik)
·         Menganalisis unsur-unsur sastra (instrinsik dan ekstrinsik)
·         Menemukan hal-hal hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerita pendek, dapat berupa:
a.    Tema cerita
b.    Akur cerita
c.    Latar cerita
d.    Karakter tokoh
e.    Pengalaman tokoh
f.    Pandangan hidup tokoh
·         Menemukan nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek melalui kegiatan diskusi 
·         Mengkaitkan hal-hal yang menarik dan mengesankan dari cerita dengan realitas kehidupan
·         Menganalisis hikmah unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari
Secara Afektif siswa dapat:
·         Mengikuti kegiatas KBM dengan penuh antusias
·         Mengkomunikasikan permasalan yang belum dipahami
·         Menghargai dan menghormati pendapat orang lain
·         Santun dalam mengkomunikasikan pendapat
·         Menerima hasil kesepakatan dengan lapang dada dan sikap tanggung jawab.
·         Membangun kerjasama yang baik dalam diskusi
·         Menunjukan akhlak mulia atau kearifan lockal lainnya yang dapat mengidentifikasi karakter bangsa.
Secara Psikomotorik siswa dapat:
·         Melakukan kegiatan menganalisis unsur-unsur sastra (instrinsik dan ekstrinsik)
·         Melaksanakan diskusi untuk menemukan hal-hal hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerita pendek
·         Melaksanakan kegiatan menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi 
·         Melaksanakan kegiatan menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari
Jenis tagihan
Tugas Kompetensi
Ulangan Harian

A. PENGERTIAN CERPEN
Menurut bentuk fisiknya, cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang pendek. Ukuran pendek di sini diartikan sebagai, dapat selesai dibaca sekali duduk dalam waktu kurang dari satu jam. Di samping itu, cerpen bersifat rekaan(fiction). Namun, meskipun hanya bersifat rekaan, cerpen ditulis berdasarkan kenyataan kehidupan. Apa yang diceritakan di dalam cerpen memang tidak pernah terjadi, tetapi dapat terjadi semacam itu. Ciri hakiki cerpen adalah bertujuan untuk memberikan gambaran yang tajam dan jelas, dalam bentuk yang tunggal, utuh, dan mencapai efek yang tunggal pula pada pembacanya(Jacob Sumardjo, 1988:36).
Efek tunggal yang dimaksud di sini adalah pemahaman pembaca terhadap penceritaan cerpen. Oleh karena itu, penceritaan dalam sebuah cerpen haruslah dilakukan secara hemat dan ekonomis agar hanya ada satu kesan yang ditangkap pembaca, biasanya tentang moral.

B. UNSUR PEMBANGUN CERPEN
Unsur pembangun cerpen terdiri atas unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur Intrinsik menurut Nurgiyantoro (2009: 23) merupakan unsur pembangun karya sastra yang berasal dari dalam karya itu sendiri. Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya fiksi yang mempengaruhi lahirnya karya namun tidak menjadi bagian di dalam karya fiksi itu sendiri. Sebelumnya Wellek dan Warren (1956 dalam Nurgiyantoro, 2009: 23) juga berpendapat bahwa unsur ektrinsik merupakan keadaan subjektivitas pengarang yang tentang sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang melatarbelakangi lahirnya suatu karya fiksi, dapat dikatakan unsur biografi pengarang menentukan ciri karya yang akan dihasilkan. 

1) UNSUR – UNSUR INSTRIKSIK
1. Tema
Nurgiyantoro (2009 : 68) menafsirkan bahwa tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra. Tema adalah ide sebuah cerita, bagian inti, pokok dasar, atau fokus yang menjiwai sebuah cerita. Keberadaan tema memiliki posisi penting dalam sebuah cerita. Di sisi pengarang, tema merupakan tujuan utama yang hendak disampaikan kepada pembaca.
Tema merupakan inti atau pokok yang menjadi dasar pengembangan cerita. Tema mempunyai posisi atau kedudukan yang penting dalam sebuah cerita. Untuk memahami tema sebuah cerita, kita harus membaca cerita itu secermat-cermatnya.

2. Alur (Plot)
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Sumarjo dan Saini K.M. (1994:49) menyatakan, di samping alur yang terdiri atas beberapa bagian, alur juga dapat dipecahkan menjadi bagian-bagian tertentu, yaitu: (1) pengenalan, (2) timbul konflik, (3) konflik memuncak, (4) klimaks, (5) pemecahan masalah.

Macam-Macam Alur
Jika dilihat dari urutan kronologisnya, alur dikelompokan menjadi 3 macam yaitu, alur maju, alur mundur dan alur campuran. Di bawah ini adalah macam-macam dan contoh alur berdasarkan urutan jalan ceritanya.
1. Alur maju
Pada alur maju atau disebut juga dengan alur progresif, penulis menyajikan jalan ceritanya secara berurutan dimulai dari tahapan perkenalan ke tahapan penyelesaian secara urut dan tidak diacak. Berikut ini adalah contoh cerita pendek dengan menggunakan alur maju.

2. Alur mundur
Alur mundur adalah proses jalannya cerita secara tidak urut. Alur mundur disebut juga sebagai alur regresif. Biasanya pengarang menyampaikan ceritanya dimulai dari konflik menuju penyelesaian, kemudian menceritakan kembali latar belakang timbulnya konflik tersebut. Contoh cerita menggunakan alur mundur.

3. Alur campuran
Alur jenis ini adalah gabungan dari alur maju dan alur mundur. Penulis pada awalnya menyajikan ceritanya secara urut dan kemudian pada suatu waktu, penulis menceritakan kembali kisah masa lalu atau flashback. Cerita yang menggunakan alur ini cukup sulit untuk dipahami dan membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi.

3. Latar
Segala sesuatu dalam kehidupan ini harus terjadi pada suatu tempat dan waktu. Cerita rekaan adalah dunia kata-kata yang didalamnya terdapat kehidupan para tokohnya dalam rentetan peristiwa. Dengan demikian cerpen pun tidak terlepas dari tempat dan waktu pula. Unsur yang menunjukkan di mana dan kapan peristiwa-peristiwa dalam kisah itu berlangsung disebut latar /setting. Lebih lanjut Rahmanto dan Hariyanto (1998 : 215) mendeskripsikan latar menjadi tiga kategori, yaitu: tempat, waktu, dan sosial.
a)      Latar Lokasi atau Tempat, Latar lokasi adalah informasi pada cerita yang menjelaskan tempat cerita itu berlangsung. Sebagai Contoh latar lokasi cerita adalah di kerajaan, di desa, di hutan, di pantai, di kahyangan, dll.
b)     Latar Waktu, Latar waktu merupakan saat terjadinya peristiwa dalam dongeng, sebagai contoh pagi hari, pada jaman dahulu kala, malam hari, tahun sekian, saat matahari terbenam dll.
c)      Latar Suasana, Latar suasana adalah informasi yang menyebutkan suasana pada kejadian dalam dongeng berlangsung. Sebagai contoh latar suasana adalah rakyat hidup damai dan sejahtera, masyarakat hidup dalam ketakutan karena raja yang kejam, hutan menjadi ramai setelah purbasari hidup disana, dll

Latar dapat bersifat faktual atau imajiner. Fungsi latar adalah memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Dengan demikian, apabila pembaca sudah menerima latar sebagai sesuatu yang benar, dia akan lebih siap dalam menerima pelaku ataupun kejadian-kejadian yang ada dalam latar itu.

4. Tokoh dan Penokohan
A. Tokoh
Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin cerita, atau tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Tanpa tokoh alur tidak akan pernah sampai pada bagian akhir cerita.
Nurgiyantoro (2009 : 176) membedakan tokoh dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam cerita sebagai tokoh utama dan tokoh tambahan:
a)    Tokoh sentral/ tokoh utama merupakan tokoh yang amat potensial menggerakan alur. Potensial  mempunyai potensi, dimana arti potensi adalah sesuatu yang dipandang dapat menghasilkan/ menguntungkan. Tokoh sentral merupakan pusat cerita, penyebab munculnya konflik.
b)   Tokoh bawahan/ tokoh sampingan/ tokoh pembantu/ tokoh figuran  merupakan tokoh yang tidak begitu besar pengaruhnya terhadap prkembangan alur, walaupun ia terlibat juga dalam pengembangan alur itu.

Indikasi/ciri tokoh utama dan tokoh tambahan atau pembantu, dalam cetita fiksi yaitu:
1.     Tokoh utama, dengan indikasi/ciri:
·         tokoh tersebut sering muncul
·         tokoh yang sering diberi komentar
2.    Tokoh tambahan/pembantu, dengan indikasi/ciri:
·         tokoh yang mendukung tokoh utama;
·         tokoh yang hanya diberi komentar alakadarnya.

Dilihat dari sifat tokoh, ada tiga jenis tokoh, yaitu:
a)      Tokoh protagonis merupakan tokoh yang memperjuangkan kebenaran dan kejujuran, serta memiliki watak yang baik.
b)     Tokoh antagonis merupakan tokoh yang melawan kebenaran dan kejujuran, serta memilki watak yang jelek. (Ingat, tokoh antagonis belum tentu jahat)
c)      Tokoh Tritagonis merupakan tokoh yang bersifat sebagai penengah atau netral. 

B. Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang dalam menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Penokohan terdiri atas beberapa hal yaitu:
Karakter tokoh                : watak; sifat tokoh
Karakteristik tokoh        : bentuk atau ciri-ciri fisik tokoh
Karakterisasi tokoh         : cara pengarang dalam menggambarkan karakter dan karakteristik tokoh.
Pengarang dapat menggunakan teknik berikut untuk menggambar karakterisasi tokoh-tokohnya:
a)    Teknik analitik, karakter dan karakteristik tokoh diceritakan atau diuraikan secara langsung oleh pengarang.
Contoh :
Siapa yang tidak kenal Pak Edi yang lucu, periang, dan pintar. Meskipun agak   pendek justru melengkapi sosoknya sebagai guru yang diidolakan siswa. Lucu dan penyanyang.

b)      Teknik dramatik, karakter dan karakteristik tokoh tidak diuraikan secara langsung oleh pengarang. Karakter dan karakteristik tokoh dikemukakan melalui:
·      penggambaran fisik dan perilaku tokoh;
·      penggambaran lingkungan kehidupan tokoh;
·      penggambaran bahasa yang digunakan para tokoh; dapat melalui dialog antar tokoh.
·      pengungkapan jalan pikiran tokoh; dan
·      penggambaran oleh tokoh lain.
Contoh :
Begitu memasuki kamarnya Yayuk, pelajar kelas 1 SMA itu langsung melempar tasnya ke tempat tidur dan membaringkan dirinya tanpa melepaskan sepatu terlebih dahulu. (tingkah laku tokoh)

c)   Teknik Campuran adalah gabungan analitik dan dramatik. Pelaku dalam cerita dapat berupa manusia , binatang, atau benda-benda mati yang     diinsankan

5. Point Of View (Sudut Pandang)
Istilah sudut pandang diartikan Stanton (1965) sebagaimana dikutip Rahmanto dan Hariyanto (1998:2.16) sebagai posisi pengarang terhadap peristiwa-peristiwa di dalam cerita. Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam, yaitu:
a.  Sudut pandang orang pertama
Pengarang berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat dalam cerita yang bersangkutan. Biasanya, tokoh tersebut menggunakan kata ganti aku, saya, dsb. Jenis sudut pandang orang pertama:
1.  Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama
Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama, jika tokoh aku di dalam cerita menjadi tokoh utama. Sudut pandang ini umumnya menggunakan kata ganti seperti “Aku” ataupun “Saya” pada tokoh utama cerita. Dalam sudut pandang ini penulis atau pembuat cerita seolah-olah terlibat dalam ceritanya dan dia sendiri sebagai tokoh utama dalam cerita.
Contohnya:
Pagi hari aku bangun dari tidur panjang yang telah melelapakanku, aku bergegas pergi ke kamar mandi untuk mandi sebelum berangkat ke sekolah. Setelah itu aku membereskan tempat tidur dan sarapan pagi terlebih dahulu, lalu setelah selesai sarapan barulah aku berangkat ke sekolah dan berpamaitan kepada orang tua…
2.  Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan
Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan, jika tokoh aku di dalam cerita menjadi tokoh sampingan. Maksudnya dalam sudut pandang ini seolah-olah si tokoh utama yang bercerita, akan tetapi posisinya dalam scerita bukanlah sebagai tokoh utama. Pusat cerita dalam sudut pandang ini adalah pada tokoh dia atau orang lain, bukan pada tokoh “aku”.
Contohnya:
Aku bangga melihat Agus teman baikku, dia sangat cerdas dalam berbagai mata pelajaran di sekolah. Terkadang aku merasa iri padanya, karena dia lebih pintar dari pada aku, akan tetapi dia selalu membantuku jika aku dalam kesulitan dan dia selalu menemaniku saat bermain…

b.  Sudut pandang orang ketiga
Pengarang hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat. Biasanya ditandai dengan penggunaan tokoh dia, mereka, beliau, nama tokoh.
1. Sudut pandang orang ketiga serba tahu
Sudut pandang orang ketiga serba tahu, umumnya menggunakan kata ganti seperti ia, dia atau nama dari pelaku yang ada dalam cerita yang dibuat oleh penulis. Dalam sudut pandang ini penulis begitu lihai dalam menjelaskan dan mendripsikan tiap-tiap tokohnya baik secara psikisnya maupun fisiknya.
Contohnya:
“Aku harus berjuang untuk mendapatkannya!” pikir Budi ketika melihat Anggun yang sedang berjalan di depannya. Anggun adalah salah satu gadis yang sangat cantik di sekolah itu. “Hey Anggun, bagaimana kabarmu hari ini,” sapa Budi. Anggun yang tidak suka dengan Budi tidak menjawab sapaannya, dia terus melangkahkan kakinya. Budi pun terdiam dan berpikir, ”Kenapa dia? tunggu saja suatu saat kau akan menyesali perbuatanmu itu!” Dia pun menampakan senyum licik di wajahnya…….

2. Sudut pandang orang ketiga pengamat
Sudut pandang orang ketiga pengamat ini maksudnya kata “dia” sangat terbatas. Penulis cerita menggambarkan apa yang dilihat, didengar, yang dialami dan yang dirasakan oleh tokoh utama dalam cerita, akan tetapi hal tersebut sangat terbatas hanya pada seorang tokoh saja. Tokoh yang ada dalam cerita mungkin cukup banyak tetapi mereka tidak diberikan kesempatan yang lebih untuk menunjukan sosok yang sebenarnya, jadi hanya tokoh utama saja yang menunjukan sosok yang sebenarnya.
Contohnya:
Datang seorang siswa baru berpakaian keren kedalam kelas. Wajahnya yang tampan membuat semua siswi di kelas tersebut terdiam. Tiba-tiba siswa baru tersebut tersenyum dan membuat semua siswi dikelas menjerit histeris, karena tidak menyangka senyum siswa baru itu sangat mempesona…

6. Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Amanat disimpan rapi dan disembunyikan pengarang dalam keseluruhan isi cerita. Oleh karena itu, untuk menemukan amanat, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf, tetapi harus membaca keseluruhan cerita sampai tuntas.

7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). (Keraf, 2000 : 113). Ruang lingkup gaya bahasa meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas, dan penghematan kata.


2). UNSUR EKSTRINSIK
Unsur ekstrinsik merupakan semua faktor luar yang mempengaruhi penciptaan sebuah tulisan ataupun karya sastra. Bisa dikatakan unsur ektrinsik adalah milik subjektif seorang penulis yang dapat berupa agama, budaya, kondisi sosial, motivasi, yang mendorong sebuah karya sastra tercipta. Adapun unsur-unsur ekstrinsik karya sastra berupa cerita dapat berupa:
1)    Biografi pengarang (riwayat hidup pengarang)
2)   Latar Belakang Penciptaan adalah kapan karya sastra tersebut diciptakan dan apakah peristiwa yang melatarbelakangi cerita tersebut. atau sisi historis sastra.
3)   Pandangan hidup pengarang/Latar belakang pengarang
4)   Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan yaitu keadaan masyarakat baik itu ekonomi, sosial, budaya, politik pada saat karya  sastra diciptakan

C. NILAI NILAI  KEHIDUPAN DALAM  KARYA SASTRA
Meskipun bersifat fiktif, cerpen merupakan karya sastra hasil pengolahan, perenungan, dan pengamatan pengarang atas kehidupan di sekelilingnya. Dengan karyanya pengarang berusaha mengungkapkan makna hidup dan kehidupan yang tertangkap oleh mata batinnya. Nilai-nilai kehidupan yang diungkapkan pengarang dapat melalui penokohan, alur, konflik, serta penyelesaian konflik (E. Kusnadi H., 2009 : 118).
Nilai-nilai  kehidupan yang dapat dicermati dari sebuah karya sastra adalah sebagai berikut:
a)    Nilai Budaya
b)   Nilai  pendidikan
c)    Nilai sosial
d)   Nilai religious atau Agama dan keyakinan
e)   Nilai politik, ekonomi, hukum dll.



DAFTAR PUSTAKA:
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
H, E. Kusnadi, Andang Purwoto dan Siti Aisah. 2009. Belajar Efektif Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Sastra. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Sumarjo, J. dan Saini K.M. (1994). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
Rahmanto, B. dan Hariyanto, P. 1998. Materi Pokok Cerita Rekaan dan Drama. Jakarta: Depdikbud.

Keraf, Gorys, 2000. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar