Selasa, 25 Oktober 2016

MATERI 5 (5.2. MEMPARAFRASA PUISI)

MATERI 5
MENGUNGKAPKAN ISI SUATU  PUISI
(Memparafrasa Puisi)

Kelas X
Semester Ganjil
Standar Kompetensi
5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung
Kompetensi Dasar
5.2. Mengungkapkan isi suatu  puisi yang disampaikan  secara langsung ataupun melalui rekaman
Tujuan Pembelajaran:
1.     Secara Kognitif siswa dapat:
·         Memahami teknik memparafrasa puisi
·         Mengintrepretasikan isi puisi berdasarkan hasil parafrasa puisi
2.    Secara Afektif siswa dapat:
·         Mengikuti kegiatas KBM dengan penuh antusias
·         Mengkomunikasikan permasalan yang belum dipahami
·         Memperjelas pendapat atau penjelasan yang disampaikan orang lain
·         Membentuk pendapat untuk menanggapi suatu permasalahan
·         Menunjukan akhlak mulia atau kearifan lockal lainnya yang dapat mengidentifikasi karakter bangsa.
3.    Secara Psikomotorik siswa dapat:
·         Melaksanakan kegiatan memparafrasa puisi
Jenis tagihan
Tugas
Ulangan harian

Salah satu cara untuk memudahkan seseorang dalam mengungkapkan isi suatu puisi adalah dengan teknik parafrasa. Menurut Sumarjo dan Suratmi (2009:19), parafrasa adalah cara yang dilakukan untuk memahami puisi dengan menyadur atau mengubah bentuk suatu karya sastra, tetapi tanpa mengubah makna karya sastra semula. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, parafrasa adalah penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Aminuddin (2002:41) menyatakan pengertian pendekatan parafrasa adalah strategi pemahaman kandungan makna dalam cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang digunakan oleh pengarangnya. Pengungkapan kembali tersebut bertujuan untuk menjelaskan makna yang tersembunyi. Tujuan akhir dari parafrasa itu adalah menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta karya sastra. Memparafrasakan sebuah cipta karya sastra bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Kemungkinan salah tafsir cukup besar. Memparafrasakan puisi adalah kegiatan mengubah suatu puisi menjadi frase-frase atau kalimat-kalimat. Dengan cara demikian, diharapkan pemahaman terhadap suatu puisi akan lebih mudah (Suroto, 1989:195).

Bagaimana cara memparafrasekan puisi menjadi prosa? Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memfaraprasekan puisi menjadi prosa, ialah :
a)    Membaca atau mendengarkan pembacaan puisi dengan seksama ;
b)   Pahami isi kandungan puisi secara utuh ;
c)    Jelaskan kata-kata kias atau ungkapan yang terdapat dalam puisi ;
d)   Uraikan kembali isi puisi secara tertulis dalam bentuk prosa dengan kalimat sendiri ;
e)   Sampaikan secara lisan atau dibacakan.

Parafrasa merupakan cara pengungkapan kembali suatu tuturan dari suatu tingkatan/ macam bahasa menjadi yang lain tanpa mengubah pengertiannya. Ciri Parafrasa:
1.     bentuk tuturan berbeda
2.    makna tuturan sama
3.    subtansi tidak berubah
4.    bahasa/cara penyampaian berbeda


Langkah membuat parafrasa:
1.     membaca teks keseluruhan
2.    menentukan pokok-pokok pikiran wacana
3.    menetuka tuturan yang  hendak menjadi variasinya
4.    menyusun pokok pikiran tanpa mengabah arti
5.    menyempurnakan pokok pikiran
6.    membentuk wacana sesuai keinginan

Jenis parafrasa ada 2 yaitu:
1.     Parafrasa terikat adalah mengubah puisi menjadi prosa dengan cara menambahkan atau menyisipkan sejumlah kata pada puisi sehingga kalimat-kalimat puisi mudah dipahami seluruh kata dalam puisi masih tetap digunakan dalam parafrasa tersebut. Sebelum melakukan parafrasa terikat maka buatlah daftar kata-kata sulit untuk ditafsirkan artinya erlebih dahulu.
Contoh Parafrasa Terikat 
MENYESAL
Kini PAGIKU  HILANG SUDAH MELAYANG entah kemana
Sekarang HARI MUDAKU SUDAH PERGI jauh tak kan pernah kembali
KINI hanya PETANG yang DATANG MEMBAYANGi alam pikiranku
Yang kini BATANG USIAKU SUDAH mulai TINGGI.
Dulu AKU LALAI DI HARI PAGI,
Karena BETA LENGAH DI MASA MUDA yang masih suka bermalas-malasan
Hingga KINI HIDUP menjadi MERACUN HATI tak bisa berbuat apa-apa lagi
Sudah MISKIN ILMU, MISKIN HARTA pula
Namun AH, APA GUNA KUSESALKAN,
Karena MENYESAL TUA itu TIADA BERGUNA,
HANYA MENAMBAH LUKA SUKMA di hati
KEPADA YANG MUDA KUHARAPKAN,
Untuk ATUR BARISAN DI HARI PAGI,
MENUJU KEARAH PADANG BAKTI.
(ALY HASJMY)

2.    Parafrasa bebas adalah mengubah puisi menjadi prosa dengan kata-kata sendiri. Kata-kata yang terdapat dalam puisi dapat digunakan, dapat pula tidak digunakan.
Contoh Parafrasa Bebas
Puisi meyesal karya Ali Hasjmi mengisahkan seseorang yang menyesali masa mudanya tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.Ia kurang hati-hati dan bermalas-malasan waktu muda dulu.Kini di hari tuanya, ia merasa miskin ilmu dan miskin harta, tidak berilmu dan tidak punya harta apa-apa. Ia merasa tidak ada guna menyesali diri. Akan tetapi, ia tidak berhenti dalam sesalnya.Ia berusaha bangkit dan mengajak generasi muda untuk merencanakan segala sesuatu dari sekarang menuju kearah tempat yang lebih baik (tempat yang dihormati).

Perhatikanlah puisi berikut dengan saksama!

Gadis Peminta-minta
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang.
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katerdal
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal
Jiw begitu murni, terlalu murni
Untuk dapat membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu tak ada yang punya
Dan kotaku, oh kotaku          
Hidupnya tak lagi punya tanda
(Toto Sudarto Bachtiar, suara, 1950 )

Langkah 1: Interpretasi diksi dan kata konkret
Kekal                    : abadi
Duka                    :sedih
Tengadah               : melihat keatas/ berdoa/ minta
Merah jambu         : sore hari
Melulur                  : meluncur masuk dengan mudah
Sosok                    : rupa/ bentuk/ wujud
Angan-angan          : pikiran/ ingatan/ cita-cita
Kemayaan               : hal keadaan hanya tampaknya ada, tetapi nyatanya tidak ada hanya ada dalam angan-angan atau khayalan.
Menara                  : bangunan yang tinggi
Katerdal                : gereja besar tempat kedudukan resmi

Langkah 2 : Membuat Parafrasa Terikat
Setiap kita bertemu dengan gadis kecil berkaleng kecil aku merasa iba padanya
Setiap Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka dalam menghadapi kenyataan hidup
Mereka Tengadah padaku pada bulan merah jambu saat itu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa kalau gadis kecil berkaleng kecil tidak ada
Rasanya Ingin aku ikut dengan gadis kecil berkaleng kecil itu
Mereka Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok tanpa rasa takut
Mereka Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan yang tak kan pernah ada
Hanya Gembira dari kemayaan riang.
Namun Duniamu yang lebih tinggi dari menara katerdal
Meskipun Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal
Jiwamu begitu murni, terlalu murni
Untuk dapat membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil dunia ini terasa sepi
Bagaikan Bulan di atas itu tak ada yang punya
Dan di kotaku, oh kotaku      
Seperti Hidupnya tak lagi punya tanda

Langkah 3 : Membuat Parafrasa Bebas
Puisi Gadis kecil berkaleng kecil diatas merupakan pengungkapan seorang penyair bahwa Setiap kita bertemu dengan gadis kecil yang membawa kaleng kecil, senyuman mereka terlalu abadi untuk kita kenal, penyair merasa terharu dan sedih jika melihat mereka saat meminta minta pada kita saat waktu sore hari itu, namun jika tidak ada mereka kota ini terasa hilang tanpa jiwa. Ingin rasanya  ikut dengan gadis kecil berkaleng kecil itu, sampai pulang ke bawah jembatan, tubuh mereka meluncur masuk dengan mudah tanpa rasa takut ataupun kesusahan. Mereka hanya bisa berkhayal dari kehidupan yang mewah dengan kegembiraan yang hanya khayalan yang nyatanya tidak ada. Namun mereka derajatnya lebih tinggi dari bangunan yang tinggi. Meskipun mereka selalu berlintas lintas di air kotor yang begitu mereka hafal, jiwa mereka tetap suci dan terlalu suci untuk dapat membagi duka kita. Kalau mereka mati, bagaikan bulan diatas tak ada yang punya, dan kota kita menjadi sepi tanpa kehadiran mereka seperti tiada kehidupan yang berarti.   



DAFTAR PUSTAKA:
Sumarjo, Suratmi, Ninik Sri. 2009, Puisi dan Prosa. Jakarta: Pamulasari
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar