Senin, 07 November 2016

LEMBAR KERJA SISWA MENGAPRESIASI PUISI

MATERI 5
LEMBAR KERJA SISWA
MENGAPRESIASI PUISI
dan
MENGUNGKAPKAN ISI SUATU  PUISI

Kelas X
Semester Ganjil
Standar Kompetensi
5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung
Kompetensi Dasar
5.1. Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman  
5.2. Mengungkapkan isi suatu  puisi yang disampaikan  secara langsung ataupun melalui rekaman

Perhatikanlah contoh analisis puisi berikut!
FORMAT ANALISIS UNSUR BENTUK DAN INTERPRETASI ISI PUISI DENGAN TEKNIK PARAFRASA
Nama sekolah

Nama siswa

Kelas

Tanggal kumpul

Jenis Puisi
Lirik
Puisi
Doa
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintuMu aku mengetuk
Karya
Chairil Anwar
Pengimajian/ penginderaan
1.  Citraan gerak
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh

2.  Citraan peraba
cayaMu panas suci


3.  Citraan penglihatan
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

4.  Citraan gerak
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintuMu aku mengetuk
Gaya bahasa
1.     Hiperbola
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh

2.    Paradoks
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk

3.    Metafora
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing

Interpretasi diksi dan kata konkret
Termangu : diam
Cayamu : sinar atau cahaya
Suci : bersih
Kerdip : sebentar kelihatan padam, sebentar menyala lagi
Kelam : agak gelap atau kurang terang
Sunyi : sepi
Bentuk : sosok, wujud
Remuk : hancur
Kerdip lilin di dalam kelam sunyi : sesuatu sangat berarti
Aku mengembara di negeri asing : pengakuan penyair akan dosa-dosanya, sehingga ia menjadi ”orang asing” bagi dirinya sendiri.
DipintuMu aku mengetuk, aku tidak bisa berpaling : mengungkapkan tekad bulat penyair yang menyadari bahwa jalan Tuhanlah yang menjadi pilihannya. Ia tidak akan berpaling lagi, apapun yang terjadi.
Parafrasa terikat
Doa
Tuhanku aku mohon ampunanMu
diDalam aku termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biarpun susah sungguh  menghadapi kenyataan hidup
Aku tetap Mengingat kau penuh seluruh
Dengan cayaMu panas suci
meskipun tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Engkau sangatlah berarti
Tuhanku yang Maha Esa
Aku seperti hilang bentuk
Terasa Remuk tubuhku
Tuhanku Yang Maha Kuasa
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku Yang Maha Pengampun
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintuMu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling apapun yang terjadi

Parafrasa bebas sebagai bentuk interpretasi isi puisi
Puisi diatas mengisahkan seseorang yang sedang termangu, ia tetap menyebut nama Tuhannya,  Ia mengingat atas kesalahan dan dosa-dosa yang ia perbuat . Dia berusaha selalu ingat padaNya meskipun susah karena memikirkan urusan dunia.Ia sadar atas kebesaran Tuhan yang penuh cahaya suci, meskipun tinggal kerdip lilin baginya sangatlah berarti.Ia merasa seperti tubuhnya hancur penuh dengan dosa. Ia merasa asing bagi dirinya, Ia bertekad bulat bahwa jalan yang Tuhanlah yang menjadi pilihannya, ia tidak akan berpaling lagi, apa pun yang terjadi.

Pesan Moral dalam Puisi
.............................?
Tema Puisi
..............................?

Petunjuk lembar kerja siswa menganalisis unsur bentuk dan interpretasi isi puisi dengan teknik parafrasa:
1.     Setelah mencermati dan memahami contoh analisis di atas, maka buatlah sebuah kelompok yang terdiri atas 2-3 orang siswa.
2.    Pilihlah salah satu judul puisi yang telah disediakan untuk dijadikan bahan analisis unsur bentuk dan interpretasi isi puisi.
3.    Analisislah puisi yang telah anda pilih sebagaimana contoh di atas.
4.    Dalam proses analisis selalu diskusikanlah dengan teman sekelompok anda
5.    Selamat mengerjakan.
6.    Berikut adalah puisi-puisi pilihan untuk dianalisis.

No.
Puisi
1
Pada Suatu Hari Nanti
Karya Sapardi Djoko Damono
Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
Sumber: Kumpulan puisi Hujan Bulan Juni, 1994
2
Salju
Karya Wing Kardjo
Ke manakah pergi
mencari matahari
ketika salju turun
pohon kehilangan daun
Ke manakah jalan
mencari lindungan
ketika tubuh kuyup
dan pintu tertutup
Ke manakah lari
mencari api
ketika bara hati
padam tak berarti
Ke manakah pergi
Ke manakah pergi
selain mencuci diri

3
Tuhan, Kita Begitu Dekat
Karya Abdul Hadi W.M.
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini nyala
Pada lampu padammu
Sumber: Majalah Horison,
Edisi Khusus Puisi Internasional Indonesia, 2002
4
Cinta Dalam Diri
Karya Wawan Eko Yulianto

Cinta dalam diri 

Jangan kau sumbang dalam diri
Sesal dalam diri
Jangan kau simpan dalam diri
Kemarahan dalam diri
Jangan kau luapkan dalam emosi
Bukan karena kau tidak baik padaku
Bukan karena kau tidak perhatian padaku
Bukan karena kau tidak sayang padaku
Tetapi karena aku punya kekurangan
Karena aku punya kelemahan
Karena aku kurang bersyukur
Dan karena aku sebatas diriku
Diri dalam hati
Hati dalam jiwa
Jiwa dalam cinta
Dan kurenggut diriku dalam cintamu
Sehingga kau tau bagaimana aku.
Sunyi senyap lenyap dalam bumi
Dan cintaku tertinggal untukmu.
5
Karya : Wawan Eko Yulianto

senja mendahului malam
jauh tak tampak dari perbatasan
hilang sejenak kenang
bintang-bintang memburu kenangan tak terhempas dan tercapai,
kemarin masih ada berbagai tawa dan hura
sekejap kini tak terlihat lagi
cinta juga hilang menarik kegelapan mengundang kebimbangan kepada siapa
kemarin dia masih bersama Tono,Budi,Joko,
kini tak Ono Tak Budi Tak Bagus
kemarin bermain layang-layang, petak umpet, dan cerdas cermat
kini melayang lepas dari talinya
kini tak bisa lari mencari tempat sembunyi
kini tak cerdas dan tak cermat menempatkan dirinya
kemarin telah disiakan
sekarang bagaimana.....

6
Remaja Penerus Bangsa
Karya:  Wawan Eko Yulianto

Remaja-remaja penerus bangsa
Telah diracun
Di racun pergaulan
Diracun teknologi
Diracun diri
Diri yang lupa harga diri

Kini mereka seperti boneka
Boneka-boneka website
Budak-budak media social
Buruh-buruh gadget

Mereka lupa pada tuhannya
Lupa pada orangtuanya
Lupa pada lingkungan sekitarnya

Lalu mereka mereka menyembah paket data
Mengagung-agungkan Wifi
Memohon pada dewa-dewa 4G

7
Burung-Burung Enggan Bernyanyi Lagi
Karya Mh. Sanusi Suryapermana
Bising gergaji mengoyak sepi
dan hutan
Pohon-pohon tumbang
Mobil-mobil besar menggendongnya
tergesa-gesa
Gunung dan lembah luka parah
Kulitnya terkelupas
Erang sakitnya merambah ke manamana
Burung-burung kehilangan dahan dan
Ranting
Enggan bernyanyi lagi
Bila pun ada tegur sapa di antara mereka
Tentulah pertanyaan yang menyesakkan:
Ke mana kita harus mengungsi?
Pohon-pohon merdu dan melata itu
Bukanlah tempat tinggal yang ideal
kita perlu gunung yang teduh
lembah yang indah
Bukan yang luka parah begini

8
“Orang Tua”
Karya Husni Djamaluddin
Orang-tua mengajar anak-anaknya mulai bicara
Orang-tua mengajar anak-anaknya pandai bicara
Orang-tua mengajar anak-anaknya bicara benar
Orang-tua bingung kalau anak-anaknya mulai bicara
Orang-tua tersinggung kalau anak-anaknya pintar bicara
Orang-tua marah-marah kalau anak bicara benar
Orang-tua menganggap
Anak-anak yang bicara benar
Adalah anak-anak yang kurang ajar
Orang-tua menyekap
Anak-anak yang kurang ajar
Di dalam kamar
Yang pengap
9
Lingkungan kita si mulut besar
karya Whiji Tukul
Lingkungan kita si mulut besar
Dihuni lintah-lintah
Yang kenyang menghisap darah tetangga
Dan anjing-anjing yang taat beribadah
Menyingkiri para penganggur
Yang mabuk minuman murahan
Lingkungan kita si mulut besar
Raksasa yang membisu
Yang anak-anaknya terus dirampok
Dan dihibur filem-filem kartun amerika
Perempuannya disetor ke mesin-mesin industri
Yang membayar murah
Lingkungan kita si mulut besar
Sakit perut dan terus berak
Mencret oli dan logam
Busa dan plastik
Dan zat-zat pewarna yang merangsang
Menggerogoti tenggorokan bocah-bocah
Yang mengulum es lima puluh perak.
10
Tuhan Telah Menegurmu
Karya Apip Mustopa
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
Lewat perut anak-anak yang kelaparan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
Lewat semayup suara azan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan kesabaran
Lewat gempa bumi yang berguncang
Deru angin yang meraung-raung kencang
Hujan dan banjir yang melintang-lintang
Adakah kaudengar?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar